Sunday, August 07, 2011

Financial Fair Play

Financial Fair Play (FFP) adalah upaya susah payah Michael Platini, presiden UEFA saat ini, menindak klub sarat utang. Pasar transfer musim panas mendatang akan menjadi starting pistol bagi tiga tahun masa transisi bagi semua klub untuk mencapai break even pada musim 2011/2012. Mulai 1 Juni, peraturan baru akan berlaku, yang dipastikan akan merevolusi pengoperasian klub sepakbola. FFP adalah pembuktian keinginan Platini menyetarakan kemampuan bermain di lapangan seluruh dari 660 klub papan atas Eropa yang tersebar di 53 negara.

Gianni Infantino, sekretaris jenderal UEFA, mengklaim FFP mendapat dukungan dari seluruh Eropa. Sebagai kompromi awal, klub-klub yang mengalami total kerugian kerugian £39,5 juta dalam tiga tahun berikut masih akan diperbolehkan berlaga. Kompromi lainnya, klub diperbolehkan mendapatkan subsidi dari pemilik dalam bentuk investasi permanen dengan imbalan saham, bukan dipinjamkan seperti yang dilakukan Roman Abramovich saat kali pertama mengambil alih Chelsea. Jika pemilik tidak mampu menutupi utang, kerugian maksimal yang dapat ditolerir adalah £4,4 juta.

Mulai 2014 sampai 2017, total kerugian yang ditolerir akan turun sampai £26,3 juta. UEFA akan mengatasi ketat setiap klub dalam tiga tahun ini, karena setelah itu diharapkan setiap klub belajar menyeimbangkan neracanya dan mencapai break even. Berdasarkan informasi dari 2011-2012 dan 2012 sampai 2013, tindakan yang akan dilakukan UEFA kali pertama sepanjang musim 2013/2014 adalah melarang klub yang melanggar ikut dalam kompetisi Eropa musim 2014/2015.

Tugas untuk memastikan semua aturan diterapkan dengan benar jatuh kepada Club Financial Control Panel, sebuah tim yang terdiri dari delapan pakar independen yang baru saja dibentuk. Tim ini diketuai oleh Jean-Luc Dehaene -- manan PM Belgia.

Namun ada keraguan peraturan ketat ini dapat diterapkan. Jika pembayaran bunga utang Manchester United yang terus menerus menyebabkan klub merugi, jika Barcelona terdorong untuk memboyong Cesc Fabregas dengan uang hasil pinjaman, atau jika Manchester City lolos ke Liga Champions meski dengan beban utang menggunung, apakah UEFA akan bertindak keras dengan mengeluarkan mereka dari kompetisi.
Klub-klub sepakbola Inggris dan Spanyol terlanjut menjadi penikmati terbesar ledakan industri sepakbola global selama satu dekade terakhir. Menggunakan penghasilan dari televisi yang menyiarkan Liga Champions, dan laga-laga domestik yang mendunia, klub-klub Spanyol dan Inggris mendominasi layar kaca televisi Eropa, menarik minat pemain bintang, dan menjadi magnet para jutawan untuk berinvestasi. Sejauh ini, dari lima klub elite Liga Primer, hanya Arsenal yang memenuhi persyaratan FFP berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan baru-baru ini. Manchester United, Chelsea, Liverpool, dan Manchester City, gagal.

Namun, kalkulasi break-even UEFA tidak sama dengan yang diterapkan klub. Biaya untuk pengembangan pemain muda, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur stadion, dan community development, tidak menjadi bagian perhitungan FFP. Penyusulan aktiva tetap juga dikecualikan.
Bagi liga-liga rendahan, peraturan ini akan menimbulkan dampak signifikan. Peraturan baru akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan pihak ketiga, dan orang bertanya-tanya sebenarnya untuk siapa peraturan ini diterapkan.

Dengan sudah diterapkannya paraturan baru, klub dan pemain-pemain besar kini harus berkaca diri. Mereka harus menguatkan diri untuk menghadapi gelombang besar yang akan menerpa mereka.

0 comments:

Post a Comment