Financial Fair Play (FFP) adalah upaya susah payah Michael Platini, presiden
UEFA saat ini, menindak klub sarat utang. Pasar transfer musim panas
mendatang akan menjadi starting pistol bagi tiga tahun masa transisi
bagi semua klub untuk mencapai break even pada musim 2011/2012. Mulai 1 Juni, peraturan baru akan berlaku, yang dipastikan akan merevolusi pengoperasian klub sepakbola. FFP adalah pembuktian keinginan Platini
menyetarakan kemampuan bermain di lapangan seluruh dari 660 klub papan
atas Eropa yang tersebar di 53 negara.
Gianni Infantino, sekretaris jenderal UEFA,
mengklaim FFP mendapat dukungan dari seluruh Eropa. Sebagai kompromi
awal, klub-klub yang mengalami total kerugian kerugian £39,5 juta dalam
tiga tahun berikut masih akan diperbolehkan berlaga. Kompromi
lainnya, klub diperbolehkan mendapatkan subsidi dari pemilik dalam
bentuk investasi permanen dengan imbalan saham, bukan dipinjamkan
seperti yang dilakukan Roman Abramovich saat kali pertama mengambil alih
Chelsea. Jika pemilik tidak mampu menutupi utang, kerugian maksimal
yang dapat ditolerir adalah £4,4 juta.
Mulai 2014 sampai 2017,
total kerugian yang ditolerir akan turun sampai £26,3 juta. UEFA akan
mengatasi ketat setiap klub dalam tiga tahun ini, karena setelah itu
diharapkan setiap klub belajar menyeimbangkan neracanya dan mencapai
break even. Berdasarkan informasi dari 2011-2012 dan 2012 sampai
2013, tindakan yang akan dilakukan UEFA kali pertama sepanjang musim
2013/2014 adalah melarang klub yang melanggar ikut dalam kompetisi Eropa
musim 2014/2015.
Tugas untuk memastikan semua aturan
diterapkan dengan benar jatuh kepada Club Financial Control Panel,
sebuah tim yang terdiri dari delapan pakar independen yang baru saja
dibentuk. Tim ini diketuai oleh Jean-Luc Dehaene -- manan PM Belgia.
Namun
ada keraguan peraturan ketat ini dapat diterapkan. Jika pembayaran
bunga utang Manchester United yang terus menerus menyebabkan klub
merugi, jika Barcelona terdorong untuk memboyong Cesc Fabregas dengan
uang hasil pinjaman, atau jika Manchester City lolos ke Liga Champions
meski dengan beban utang menggunung, apakah UEFA akan bertindak keras
dengan mengeluarkan mereka dari kompetisi. Klub-klub sepakbola Inggris dan Spanyol
terlanjut menjadi penikmati terbesar ledakan industri sepakbola global
selama satu dekade terakhir. Menggunakan penghasilan dari televisi yang
menyiarkan Liga Champions, dan laga-laga domestik yang mendunia,
klub-klub Spanyol dan Inggris mendominasi layar kaca televisi Eropa,
menarik minat pemain bintang, dan menjadi magnet para jutawan untuk
berinvestasi. Sejauh ini, dari lima klub elite Liga Primer,
hanya Arsenal yang memenuhi persyaratan FFP berdasarkan laporan
keuangan yang dipublikasikan baru-baru ini. Manchester United, Chelsea,
Liverpool, dan Manchester City, gagal.
Namun, kalkulasi
break-even UEFA tidak sama dengan yang diterapkan klub. Biaya untuk
pengembangan pemain muda, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur
stadion, dan community development, tidak menjadi bagian perhitungan
FFP. Penyusulan aktiva tetap juga dikecualikan. Bagi liga-liga rendahan, peraturan ini akan
menimbulkan dampak signifikan. Peraturan baru akan
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan pihak ketiga, dan orang
bertanya-tanya sebenarnya untuk siapa peraturan ini diterapkan.
Dengan sudah diterapkannya paraturan baru, klub dan
pemain-pemain besar kini harus berkaca diri. Mereka harus menguatkan
diri untuk menghadapi gelombang besar yang akan menerpa mereka.
0 comments:
Post a Comment