David de Gea menjadi kiper termahal di Liga Primer Inggris setelah resmi direkrut Manchester United. Manchester United secara resmi mengumumkan perekrutan kiper Atletico Madrid David de Gea. United harus mengeluarkan dana £18 juta untuk mendapatkan De Gea.
Kiper berusia 20 ini mendapat kontrak lima tahun. De Gea yang baru saja mengantarkan Spanyol menjuarai Piala Eropa U-21 ini diharapkan bisa menggantikan Edwin van der Sar.
De Gea mengungkapkan kegembiraannya karena akhirnya pindah ke United. Diakui De Gea ketertarikan United untuk merekrutnya mendorong dirinya untuk bekerja lebih keras."Saya merasa bangga dan tidak sabar untuk bermain di sini. Saat klub besar seperti Manchester United itu datang pada Anda, tentu Anda akan merasa sangat senang," kata De Gea.
"Saya melihat klub ini sangat tertarik pada saya. Ini memberi motivasi tambahan bagi saya untuk bekerja lebih keras untuk menunjukkan kemampuan saya. Ini sungguh istimewa bisa menjadi bagian dari klub seperti United. Saya akan berusaha menunjukkan yang terbaik," lanjutnya.
Transfer De Gea memang tidak diumumkan secara resmi meski diperkirakan mencapai £18 juta. Harga itu menjadikan De Gea sebagai kiper termahal di Liga Primer.
De Gea sudah langsung menarik minat United sejak dirinya masuk tim inti Atletico pada 2009. Sejak itu posisinya tak pernah tergeser. saat menjadi juara Eropa U-21, gawang De Gea hanya dua kali kebobolan.
Dirinya merupakan pemain ketiga yang direkrut United. Sebelumnya, the Red Devils mendatangkan Phil Jones dan Ashley Young. Semoga Manchester United makin berjaya, david de gea bisa menjadi pengganti edwin van der sar. Glory Glory Man united
Read More...
Friday, July 01, 2011
Manchester United Resmi Rekrut Kiper David De Gea
Sunday, May 29, 2011
PREVIEW Final Liga Champions: Barcelona FC vs Manchester United
Beberapa saat lagi Panggung final Liga Champions musim 2010/11 akan segera berlangsung di Wembley stadion, England. Dengan dua tim besar Eropa menjadi pemeran utama, Barcelona FC dari Spanyol dan Manchester United asal Inggris.
Keduanya menunjukkan kelasnya sendiri di masing-masing kompetisi domestik, dan keduanya menjadi juara di musim ini. Dan ketika juara dari masing-masing kompetisi terbaik di Eropa bertemu, hasilnya adalah sebuah final Liga Champions yang disebut sebagai final ideal. Barcelona dan Manchester United akan menunjukkan siapa yang terkuat di antara mereka pada final Liga Champions musim ini di Stadion Wembley. Tak sedikit yang menunggu bagaimana hasil akhir dari laga ini. Namun juga tak sedikit yang berharap laga bertajuk final ideal itu berjalan tanpa kontroversi.
Faktor tersebut bisa menjadi masalah tersendiri karena mencoreng arti dari kata final ideal itu sendiri. Yang diharapkan hanyalah sebuah laga berkelas yang ditampilkan pemain-pemain berkualitas dengan minim kontroversi. Secara keseluruhan Barcelona dan United sudah sepuluh kali berhadapan. Dari sepuluh laga itu, kedua tim mencatat tiga kemenangan dan empat imbang. Selisih gol kedua tim juga cukup ketat. Barcelona melesakkan 17 gol, dan kebobolan 14 gol.
Prediksi Susunan Pemain:
Manchester United: 1-Edwin van der Sar; 20-Fabio, 5-Rio Ferdinand, 15-Nemanja Vidic (kapten), 3-Patrice Evra; 25-Antonio Valencia, 16-Michael Carrick, 11-Ryan Giggs, 13-Park Ji-Sung; 10-Wayne Rooney, 14-Javier Hernandez.
Barcelona: 1-Victor Valdes; 2-Daniel Alves, 3-Gerard Pique, 5-Carles Puyol (kapten), 22-Eric Abidal; 16-Sergio Busquets, 6-Xavi, 8-Andres Iniesta; 17-Pedro, 10-Lionel Messi, 7-David Villa.
Read More...
Wednesday, April 27, 2011
Manchester United Hempaskan Schalke 04
Dominasi Manchester United di Veltins-Arena tak berakhir sia-sia. Menghadapi sang empunya stadion, Schalke 04, di leg pertama semi-final Liga Champions pada Rabu (27/4) dinihari WIB, The Red Devils membukukan kemenangan 2-0.
Sepasang gol yang dicetak melalui Ryan Giggs dan Wayne Rooney juga membuat United bisa dibilang telah menginjakkan satu kaki mereka di partai puncak yang bakal dihelat di Stadion Wembley, 28 Mei mendatang.Sebaliknya, kans Schalke untuk melanjutkan kiprah mereka di panggung terwahid Eropa sangat berat. Apalagi laga kedua semi-final pekan depan akan dilangsungkan di Old Trafford, markas United yang angker buat lawan-lawan yang berkunjung.
Gol Giggsy dan Wazza memastikan United membungkam Die Koenigsblauen. Tentunya MU masih belum bisa dikatakan juara, mereka masih menjalani leg 2 nanti yang berlangsung di Old Trafford. Semoga Mu bisa menang di leg 2 nanti..
Read More...
Tuesday, April 26, 2011
Schalke 04-Manchester United
- Duel antara Schalke 04 dan Manchester United di Liga Champions musim ini menjadi yang pertama kali dalam sejarah kedua klub.
- Schalke mengantungi rekor kemenangan 100 persen tiap bermain di Veltins Arena. Sementara United juga mencatat empat kemenangan dan satu hasil seri dalam laga lawatan mereka musim ini.
- Schalke punya rekor buruk melawan tim satu kota Manchester United, manchester City di Piala Winner 1969/70, di mana di laga semi-final mereka kalah 5-2 secara agregate. Di fase grup 2008/09, Schalke juga kalah dari City 2-0.
- Secara rekor, SChalke memiliki catatan tiga kemenangan satu seri dan satu kalah melawan wakil Inggris di kandang sendiri.
- Schalke juga mencatat lima kemenangan beruntun di kompetisi Liga Champions musim ini, mencetak 13 gol dan hanya kemasukan tiga. United juga punya impresif rekor away dengan meraih sepuluh kemenangan dari 12 laga di kompetisi ini.
- United punya rekor tiga kemenangan, empat seri dan empat kalah menghadapi wakil Jerman. Kemenangan terakhir dibukukan atas VfL Wolfsburg di fase grup musim lalu.
- Melangkah ke semi-final Liga Champions musim ini menjadi momen pertama bagi Schalke, sedangkan United sudah menjadi pengalaman ke-12. Rekor United di 11 laga semi-final sebelumnya adalah empat menang dan tujuh kekalahan, di mana tiga kemenangan dan tiga kekalahan dicatat di era Alex Ferguson.
Read More...
Monday, April 18, 2011
Resep menjadi Manajer Sukses ala Fergie
Manajer Manchester United Sir Alex Ferguson menyatakan, untuk menjadi manajer yang sukses, seseorang harus bisa fokus dalam menangani setiap pekerjaan yang harus dilakukannya.
Fergie bahkan mampu melakukan setiap adaptasi dengan permainan sepakbola modern. Itulah mengapa pelatih asal Skotlandia itu masih eksis dan disegani hingga saat ini.
"Yang pasti, manajemen adalah sebuah industri yang sulit. Saya katakan kepada manajer muda bahwa satu hal utama yang mereka butuhkan adalah pemimpin yang bagus," ujar Fergie dalam sebuah wawancara dengan majalah Asosiasi Manajer Liga, The Manager.
"Mereka juga butuh keberuntungan. Mereka perlu merasa yakin bahwa mereka telah mempersiapkan segala pengorbanan untuk pekerjaan ini. Ingat, ini adalah industri yang tak pernah akan berhenti."
"Anda perlu membantu diri Anda dengan sepenuh komitmen terhadap pekerjaan itu."
Read More...
Friday, April 15, 2011
Wayne Rooney Gugup Melihat Manchester United Beraksi
Striker Manchester United Wayne Rooney mengaku lebih gugup menyaksikan rekan satu timnya beraksi ketimbang bermain langsung di tengah lapangan. Rooney harus absen di laga semi-final Piala FA melawan Manchester City pekan ini karena mengeluarkan sumpah serapah di depan kamera televisi.
Sikap Rooney ini menimbulkan kontroversi tetapi tidak sedikit yang menilai sanksi dua kali larangan bermain dari FA terlalu berat.
"Saya beritahu, seorang pemain akan lebih gugup menyaksikan pertandingan ketimbang beraksi langsung," ungkap Rooney dilansir SkySports.
"Perasaan kecewa selalu hadir ketika Anda tidak bermain, terutama di laga penting. Tetapi saya yakin United berkesempatan besar lolos ke final."Rooney kemudian memuji peran pemain veteran seperti Ryan Giggs dan Paul Scholes yang membuatnya termotivasi meningkatkan kemampuan.
"Saya beruntung bisa bermain bersama Ryan Giggs dan paul Scholes. Di usianya, Giggs masih bisa menjadi penentu kemenangan tim. Dia menjadi contoh sempurna bagi para pemain muda,"
"Kami semua berharap bisa mengikuti sukses yang diraih Giggs selama ini."
Read More...
Manchester United gaet David De Gea
Atletico Madrid sepakat melepas David De Gea ke Old Trafford, setelah menyatakan setuju dengan nilai transfer £17,8 juta yang disodorkan Manchester United.
Sportsmail memberitakan De Gea akan meneken kontrak lima tahun bersama Red Devils. Ia akan tiba di Old Trafford akhir musim ini untuk menjalani tes kesehatan, dan terlibat dalam tur pramusim.
Penjaga gawang berusia 20 tahun itu akan mengisi tempat yang ditinggalkan Edwin van der Sar.
De Gea belum mendapat tempat di timnas Spanyol, tapi dipastikan akan menjadi pengganti Iker Casillas di masa depan.Bukan kali pertama De Gea dikabarkan akan bermain di Old Trafford. Ketika terdengar kabar De Gea mencari rumah di Manchester, pers Spanyol menciumnya sebagai indikasi penjaga gawang dipastikan bermain di Old Trafford.
Terakhir, ketika terdengar kabar agen De Gea berada di London, pers Spanyol sekali lagi memberitakan hal yang sama. Kedua kabar itu dibantah Miguel Angel Gil Marin, chief executive Atletico Madrid.
Namun dalam kesempatan wawancara dengan Radio Cadena SER, Gil Marin mengakui dirinya mendapatkan tawaran untuk De Gea dari Manchester United dan Chelsea.
"Kami ingin De Gea bertahan, tapi tidak bisa memutuskan masa depannya. De Gea berhak menentukan masa depannya," ujar Gil Marin.
Alex Ferguson tidak ingin lagi mengulang kesalahan yang dibuat ketika kehilangan Peter Schmeichel. Saat itu, Fergie menolak nasehat Schmeichel untuk segera memboyong Edwin van der Sar, dan lebih suka melirik pemain lain.
Akibatnya, Fergie harus gonta-ganti penjaga gawang. Mulai dari Mark Bosnich, Massimo Taibi, Fabien Barthez, Roy Carroll, Ricardo, dan Tim Howard.
Fergie sadar membeli De Gea dengan harga £17,8 juta adalah 'perjudian besar'. Namun hal itu harus dilakukan karena statistik memperlihatkan De Gea lebih baik dibanding Manuel Neuer (Schalke), Julio Cesar (Inter Milan), dan Maarten Stekelenburg (Ajax).
Di sepakbola, investasi di atas £15 juta untuk membei pemain baru terlalu berisiko. Semoga David de Gea bisa menjadi pengganti Edwin van der sar, gawang MU akan semakin sulit untuk ditembus tim lawan dibawah de Gea. Glory.. Glory.. Glory Man united!!!
Sumber : Goal
Read More...
Wednesday, April 13, 2011
Manchester United Benamkan Chelsea
Manchester United menang 2-1 di leg kedua perempat-final Liga Champions melawan Chelsea. Harapan Chelsea untuk bisa bertahan di Liga Champions dipupuskan oleh Manchester United. Kekalahan 2-1 yang dialami The Blues di Old Trafford, Rabu (13/4) dinihari WIB, membuat pasukan Setan Merah yang lebih berhak untuk tampil di babak semi-final Liga Champions musim ini.
Kemenangan United di hadapan publiknya sendiri tersebut ditandai juga dengan diberikannya kartu merah kepada gelandang Chelsea Ramires di menit ke-70. Sedangkan dua gol United dari pertandingan ini disumbangkan oleh Javier 'Chicharito' Hernandez serta Park Ji-sung. Lalu gol semata wayang yang didapat Chelsea melalui Didier Drogba.
Menghadapi pertandingan ini pelatih The Blues Carlo Ancelotti memasangkan Fernando Torres dan Nicolas Anelka sebagai starter. Sayangnya duet ini tidak terlalu memperlihatkan performa terbaiknya di sepuluh menit awal. Kerjasama keduanya baru mulai terlihat membahayakan pada menit ke-14. Umpan yang diberikan Torres kepada Anelka itu membuka peluang bagi Chelsea. Namun usaha tersebut belum terlalu membahayakan bagi tim tuan rumah.
Satu menit berselang, Chelsea kembali lagi menebarkan ancamannya melalui Frank Lampard. Tetapi usaha gelandang tim nasional Inggris ini juga masih menemui jalan buntu ketika tendangannya yang masih terlalu lemah itu bisa dengan mudah diantisipasi oleh kiper Edwin van der Sar.
Sebaliknya United yang tampil dengan dukungan penuh suporter setianya juga memperlihatkan kinerjanya yang optimal lewat penampilan Chicarito dan Wayne Rooney yang menjadi dua bomber buat barisan pertahanan lawannya. Kerjasama Chicharito dan Rooney yang cukup membahayakan pertahanan Chelsea itu sempat diraih di menit ke-27. Tetapi usaha itu juga belum membuahkan hasil.
Para pendukung United akhirnya baru bisa bersorak gembira setelah pertandingan memasuki menit ke-43. Berawal dari sebuah kerjasama antara Ryan Giggs dan John O'shea, United akhirnya memperoleh juga gol yang dinanti itu melalui Chicharito. Gol dari striker tim nasional Meksiko ini membuat jalan Chelsea untuk membalas kekalahan 1-0 menjadi semakin terjal.
Sebelum peluit tanda jeda turun minum ditiup wasit, Chelsea sebenarnya berusaha sekuat tenaga untuk mengurung pertahanan United. Namun kerja keras itu tetap mengalami kesulitan.
Selanjutnya memasuki babak kedua, Chelsea melakukan perubahan. Torres ditarik ke luar. Sebagai penggantinya Ancelotti memasukkan Didier Drogba. hadirnya pemain asal Pantai Gading ini cukup mampu memberikan harapan kepada pendukung Chelsea.
Beberapa kali kesempatan untuk membuat gol sempat datang kepada Drogba. Namun keberuntungan masih belum berpihak padanya. Hingga akhirnya pada menit ke-70, Chelsea mendapatkan sebuah pukulan telak. Pelanggaran yang dilakukan Ramires kepada Nani membuatnya harus menerima kartu kuning kedua.
Tetapi keluarnya Ramires tidak segera meluluhkan semangat juang pemain Chelsea untuk mengejar deifist gol. Enam menit kemudian, Chelsea berhasil menyamakan skor menjadi 1-1 setelah bola dari Michel Essien dituntaskan dengan sempurna oleh Drogba menjadi sebuah gol.
Semangat pemain Chelsea kembali lagi berkobar. Tetapi hanya selang semenit saja, kegembiraan pendukung Chelsea itu buyar. United melalui Park Ji-sung berhasil menggetarkan gawang Petr Cech. Gol balasan yang dilakukan secara cepat itu dicetak oleh Ji-sung setelah menerima bola sodoran dari Giggs.
Setelah kebobolan, Ancelotti sempat mengubah formasi pemainnya dengan menurunkan Paulo Ferreira yang menggantikan Alex. Tetapi usaha Chelsea untuk bisa membalas gol tersebut tetap tidak berhasil. Hingga pertandingan berakhir skor 2-1 bagi kemenangan United tetap tidak berubah.
Read More...
Friday, February 11, 2011
Daftar Klub Terkaya Didunia
Baru-baru ini Deloitte Football Money League membuat laporan tentang klub sepakbola terkaya didunia tahun 2011. Raksasa Spanyol Real Madrid kembali ditasbihkan sebagai klub terkaya di dunia versi Deloitte Football Money League Ini merupakan capaian keenam Los Blancos dalam enam tahun secara berturut-turut. Mereka meraih keuntungan dari hak siar sebesar £129,9 juta (€158,7 juta), bahkan melebihi dari total perolehan dari separuh 20 klub papan atas. Pengasilan keuntungan dari pertandingan bisa naik 27 persen, terutama setelah mereka menjadi tuan rumah final Liga Champions. Meski tersingkir di babak 16 besar Liga Champions musim 2009/10 dan hanya menduduki posisi kedua klasemen akhir Primera Liga Spanyol, namun hal itu tak mempengaruhi Madrid dalam meraup keuntungan secara finansial. Total kekayakan Madrid sebesar £359,1 juta, naik 9,2 persen dari tahun sebelumnya sebesar £341,9 juta.
Di posisi kedua, Barcelona masih menjadi penguntit Madrid. Total mereka meraih keuntungan £325,9 juta, naik 4,6 persen dari tahun sebelumnya sebesar £311,7 juta. Sementara itu, posisi ketiga masih ditempati Manchester United, yang memperoleh keuntungan £286,4 juta, naik 2,8 persen dari tahun sebelumnya sebesar £278,5 juta.
Berikut Daftar 20 klub terkaya didunia:
1. Real Madrid: £359,1 juta
2. Barcelona: £325,9 juta
3. Manchester United: £286,4 juta
4. Bayern Munich: £264,5 juta
5. Arsenal: £224,4 juta
6. Chelsea: £209,5 juta
7. Milan: £193,1 juta
8. Liverpool: £184.5 juta
9. Inter: £184,1 juta
10. Juventus: £167,8 juta
11. Manchester City: £125,1 juta
12. Tottenham: £119,8 juta
13. Hamburg: £119,7 juta
14. Lyon: £119,6 juta
15. Marseille: £115,5 juta
16. Schalke: £114,5 juta
17. Atletico Madrid: £101,9 juta
18. Roma: £100,5 juta
19. Stuttgart: £94 juta
20. Aston Villa: £89,6 juta
Note: Jumlah dalam kurs Poundsterling
Sumber : Goal.com
Read More...
Monday, May 17, 2010
Eric "King" Cantona
Eric Cantona was perhaps the most influential footballer in English footballer of the 1990s. A player of true vision and creativity, worthy of that now, much over-used word, "genius". His passing, innovation and influence was unrivalled, he could split a defence with the sort of pass that only he could create. Eric had an exhilarating array of skills, back-heels, stylish flicks, turns and lobs combined with immaculate ball control and touch.
His shooting from long-range was superb while one-on-one with the goalkeeper, he was ice cool and clinical. If opposing defenders lost concentration for a millisecond, it would be enough for Cantona to punish them and set the Reds on the way to another vital victory. Together with a sometimes unpredictable Gallic temperament, Cantona was a one-man footballing phenomenon.
Cantona was a unique character, a one-off, but Manchester United and Eric was a match made in heaven. When Alex Ferguson stunned everyone in English football with the deal of the decade that aquired him from Leeds, few knew the impact Eric would make. Most United fans thought he was no more than a strengthening of the squad, but a few months later it became clear that Cantona was by far the most important player at Old Trafford. From the moment he walked through the door he realised there was at last the platform he was looking for, huge potential, huge support and a working assumption that only the best is good enough. And Eric Cantona knew he was the best.
The Catalyst for success
He was the final piece of Alex Ferguson's jigsaw in creating a team to end United's 26 year wait for a league title. Within a short while of his arrival, such was his powerful influence that the whole United team revolved around the mercurial Frenchman. With Cantona and United playing the most attractive football of the 90's they not only ended that 26 year wait and went on to do the League and Cup Double in 1994 and 1996 with another Premier League title in 1997.
Cantona had numerous problems with discipline during his career in France, sendings off and tantrums prevented him making a real impact. Born in Paris, he was brought up in Marseille and made his first-team debut for Auxerre, a local club, in 1983. He signed professional forms for Auxerre in June 1986 and made his full International debut in 1987 against West Germany. After 81 league games and 23 goals for Auxerre he signed in 1988 for French champions Marseille for £2.3 million where he won the League and Cup double in 1989. However, after a row when he angrily threw his shirt to the ground he was loaned to out Bordeaux, before signing for Montpellier, with whom he won the French Cup in 1990. He returned to Marseille again, then was sold for £1 million to Nîmes where he became Captain.
His rebellious behaviour forced him to leave after arguments with managers, referees, and team-mates. In August 1988, he insulted the French national team manager on television and was banned from the national side for a year. After he threw the ball at a referee in while playing for Nîmes he was banned for three matches. In the disciplinary hearing that followed an annoyed Cantona went up to three members of the French FA and shouted "Idiot!" in each of their faces. This led to a two month ban and Eric announced his retirement from football in December 1991, it would be only temporary however. Cantona returned in England and made a low-key return briefly at Sheffield Wednesday before joining Leeds United in February 1992 - in time to make 15 league appearances and help Leeds win the Championship at Manchester United's expense.
He became an idol of the Leeds fans as they sang the terrace chant "Ohh-Ahh-Cantona". Then suddenly in November 1992 after 13 appearances into the new season, he was sensationally transferred to Manchester United for the comparatively small sum of £1.2 million. It was to be one of the biggest bargains in British football history. Cantona inspired United to their first League title for 26 years in 1993 and the following year another title with the FA Cup - to complete the club's first Double. He also won the recognition of his fellow professional's, winning the PFA Player of the Year award in 1994 and had also risen to become Captain of the French National team.
The French rebel
Cantona had numerous problems with discipline during his career in France, sendings off and tantrums prevented him making a real impact. Born in Paris, he was brought up in Marseille and made his first-team debut for Auxerre, a local club, in 1983. He signed professional forms for Auxerre in June 1986 and made his full International debut in 1987 against West Germany. After 81 league games and 23 goals for Auxerre he signed in 1988 for French champions Marseille for £2.3 million where he won the League and Cup double in 1989. However, after a row when he angrily threw his shirt to the ground he was loaned to out Bordeaux, before signing for Montpellier, with whom he won the French Cup in 1990. He returned to Marseille again, then was sold for £1 million to Nîmes where he became Captain.
His rebellious behaviour forced him to leave after arguments with managers, referees, and team-mates. In August 1988, he insulted the French national team manager on television and was banned from the national side for a year. After he threw the ball at a referee in while playing for Nîmes he was banned for three matches. In the disciplinary hearing that followed an annoyed Cantona went up to three members of the French FA and shouted "Idiot!" in each of their faces. This led to a two month ban and Eric announced his retirement from football in December 1991, it would be only temporary however. Cantona returned in England and made a low-key return briefly at Sheffield Wednesday before joining Leeds United in February 1992 - in time to make 15 league appearances and help Leeds win the Championship at Manchester United's expense.
He became an idol of the Leeds fans as they sang the terrace chant "Ohh-Ahh-Cantona". Then suddenly in November 1992 after 13 appearances into the new season, he was sensationally transferred to Manchester United for the comparatively small sum of £1.2 million. It was to be one of the biggest bargains in British football history. Cantona inspired United to their first League title for 26 years in 1993 and the following year another title with the FA Cup - to complete the club's first Double. He also won the recognition of his fellow professional's, winning the PFA Player of the Year award in 1994 and had also risen to become Captain of the French National team.
Manchester United's greatest idol
At Leeds, Cantona was an idol, at Manchester United he was a God. Fans worshipped him the like of which Old Trafford had not seen or may ever see. He was hailed as "Eric the King" with the French red, white and blue colours as prevalent at Old Trafford than the normal red, white and black. Even to this day 3 years after his departure fans still sing his name. No United player has ever had such a relationship with his fans. Eric was a player to be proud of and symbol of a resurgent Manchester United in the 1990s. He encapsulated what United fans think of our club: different, better.
Memorable Cantona moments? Well, there are many: A stunning volley against Wimbledon in the FA Cup 5th Round 1994, his pair of penalty kicks that sunk Chelsea in the Cup Final of the same year, a brilliant chip against Sheffield United in the 3rd Round the following year. Then there was his individual effort against QPR in October 1993, scoring two goals against Man City in both derbies of the 93-94 season, his crucial winner at Newcastle in March 1996, his superb strike versus Arsenal that same month, his winning goal in the 1996 FA Cup Final, a delicate lob against Sunderland in December 1996.......the list could go on and on.
Super confident
When Eric was playing you always knew that when it mattered, United would win. Cantona would install in the rest of the team an unbeatable confidence. His presence alone was enough. Footballers need self-belief but Eric Cantona had unfathomable reserves of the stuff. His arrogance had upset colleagues in the past, but at United it only inspired them.
Eric really did intimidate opponents and wind-up opposing fans. There was his confident Gallic strut with his chest puffed out, or sometimes he'd stand with hands on hips gesturing like a movie Director. Not forgetting the way his shirt collar was always famously turned up. He was truly fascinating to watch but Cantona was no ordinary footballer. He liked philosophy, poetry, art, drama - this all added to his enigmatic character and reputation.
From hell to heaven
In the infamous "Kung-foo kick" Cantona's volatile state of mind led to him attacking an abusive spectator. A court sentence of 120 hours' community service was accompanied by a world-wide ban on Cantona playing football until October 1995. The French FA stripped him of captaincy of the national team and Cantona would never play for his country again. In his absence United lost the League by a point to Blackburn, a title they surely would have won had he not been banned.
Cantona's grace in accepting his punishment largely restored his popularity and he was voted the Football Writers' Association Footballer of the Year for 1996. 1996 was Cantona's greatest year in which as Captain he led United to the Double, almost single-handedly. Scoring a string of vital match winning goals, including the FA Cup-final winner against Liverpool. Cantona also played a vital role in the shaping and teaching of United's young players such as Beckham, Scholes and Giggs.
The shock retirement
In Cantona had a good season but failure to get to the European Cup Final and the emergence of United's young stars led him to suspect his powers were on the wane. In June 1997 after winning the League title he stunned the footballing world and left United fans gutted by announcing his retirement. Eric did not want to be remembered as an ageing player past his best, he wanted to always be remembered at his magnificent prime, a winner. Cantona instead planned to take up a different stage, amazingly, as a film actor. He did however return for one final game in the famous red shirt, playing in the Munich Memorial game in November 1998.
A year later Eric returned for Alex Ferguson's Testimonial in which he played with a United legends team alongside Bruce, Pallister, Hughes, Robson and Schmeichel. Even after the Treble winning heroics, Cantona's popularity with the United fans was still as strong as it ever was. The acting career path has so far not been a huge success and Cantona has returned to the game representing France in the shape of professional Beach football - and his superb skills are still very evident. In May 2001 Manchester United announced Cantona would return to Old Trafford in an informal role to coach the youth team and younger players. If it is successful, perhaps he may yet have another role to play in the club's history.
Conclusion
As unexpectedly as he had arrived he was gone. The King had abdicated and his throne was empty. Consequently, Alex Ferguson reshaped his team to play more as a unit and not revolve around Cantona. United never really did replace him, there was no-one like him and no-one would ever be like him. A true great and legend, Eric "The King" Cantona, we will probably never see his like again.
Cantona Trivia
Eric was born in the French capital Paris but grew up in the Mediterranean city of Marseille.
Cantona spent 1984 doing his national service in the French Army
His first ever appearance for the Reds was against Benfica in Lisbon, in a friendly match to mark the 50th birthday of Eusebio.
He did not always wear the number 7 shirt. Eric was 12 in season 1992/1993. In 1994 he was given the 7 upon Bryan Robson's retirement. Beckham took the shirt in 1997.
No sprawling mansion for Eric, he lived in a humble semi-detached house in Alderley Edge whilst playing for United.
His final competitive game came against West Ham on 11th May 1997. His final appearance before retiring was five days later on Friday 16th May. In a testimonial for David Busst against Coventry City at Highfield Road, Eric scored twice in a 2-2 draw.
Eric was the star of many Nike adverts, famously playing against a team of demonic creatures in "Good vs Evil" at a Roman coliseum and playing amateur football on Hackney Marshes.
He was later the ring master of the £10 million 'The Secret Tournament' in a caged arena featuring stars like Henry, Ronaldo, Ronaldinho and Luis Figo.
Cantona is still featuring in Nike ads today, nearly ten years after his retirement he front's their Germany 2006 ad campaign. www.soccercommercials.com
He has starred in many films. His first speaking role was in 'Elizabeth' in 1998 and he went on to star in 'Mookie', 'Les Enfants du Marais' and 'L'Outremangeur' in which he donned a fat suit to play an overweight detective.
He is married to Isobel and has two children. His brother Joel was also a footballer and played for Ujpest Dozsa and Stockport County.
He became captain of the French National Beach Football team and won the beach soccer world championship in Rio de Janeiro
Cantona's personal idols are Maradona, Mickey Rourke, Marlon Brando, Jim Morrison and the French poet Rimbaud.
He has been outspoken in his criticism of the Glazer takeover
Cantona Quote: "When the seagulls... follow the trawler... it's because they think... sardines will be thrown... into the sea".
Cantona Quote: “Whatever happens, there are always things you could have done better. You score two goals and you usually feel you could have done better.You score two goals and you usually feel you could have scored a third. That's perfectionism. That's what makes you progress in life.”
Cantona Quote: "An artist in my eyes, is someone who can lighten up a dark room. I have never and will never find difference between the pass from Pele to Carlos Alberto in the final of the World Cup in 1970 and the poetry of the young Rimbaud, who stretches cords from steeple to steeple and garlands from window to window. There is in each of these human manifestations an expression of beauty which touches us and gives us a feeling of eternity."
Biodata Eric Cantona
Born : 24 May 1966
Signed : 27 Nov 1992
Debut : 6 Dec 1992 v Manchester City (H) League
Goals Total : 82
Appearances Total: 185
Position : Forward
Left United : 19 May 1997
referensi: http://www.id-manutd.com/legenddetail.php?pilihlegend=7
Read More...
Friday, May 14, 2010
The Theatre of Dream
As a club with a long tradition and great achievements, Manchester United did have a class of its own in world football scene. They are a magnificent stadium, Old Trafford, the club's greatness is born in 1878. Standing gracefully on the banks of the River Irwell, Old Trafford was a dream theater.
Opened in 1910 by taking the total cost 60 000 pounds, Old Trafford continues to grow as a stadium with a class of its own. The stadium, designed by Scottish architect Archibald Leitch had never experienced the destruction during World War II. For three years, between 1946 to 1949, United moved to Maine Road, Manchester City cage.
But after re-opened in 1949, Old Trafford continues to reap the glory times. As the stadium, Old Trafford golden era began in 2000, or the year after Sir Alex Ferguson and Roy Keane treble titles offered for the first time. To cost 30 million pounds, Old Trafford continues to enhance its capacity to about 68,000 seats, plus a number of suites to appreciate the services of his hero.
2005, Red Devil's management to spend money again, unmitigated, 45 million pounds. In addition to increase seating capacity to 76 212, funds for 5000 were used to build an exclusive seat at the three north side to serve the sponsors. On the north side of that, just above the museum which records the history of United's greatness, stood Platinum Lounge, the most prestigious suite at Old Trafford. As the name Platinum, an area of approximately 500 square meters were reserved for United's main sponsors, who pay nearly 50 percent of the club's financial needs.
Platinum Lounge is filled with representatives from leading companies: Air Asia, Nike, Audi, AIG, Budweiser, Tourism Malaysia, Betfred, Century Radio, Viagogo ticket agents, and property company Royal Resort.
Old Trafford important shrines like English football. Although later appeared good stadiums like Wembley, but the historical value and prestige of Old Trafford was never gone. Conversely, the stadium had more charisma. The atmosphere is even more magical and exciting. In England, the audience singing at Old Trafford's most tightly. Measured strength exceeds even the roar of the Jumbo Jet's aircraft takeoff.
Soccer event at the stadium was like a theater play featuring multidimensional. There were songs, dances, and various elements of other arts, including drama of football. Therefore, the Manchester United legend Sir Bobby Charlton to call the stadium as The Theatre of Dreams. This stadium is always present great drama in almost every game. Football dreams soar and raging in this arena. For the Manchester United, Old Trafford like a dream theater. Therefore, Bobby Charlton called the theater of dreams.
Old Trafford Fact:
Official Name: Old Trafford Stadium
Nickname: The Theatre of Dreams
Built: 1909
Opened: February 18, 1910
Address: Sir Matt Busby Way, Old Trafford, Manchester M16 0RA
Phone: +44 (0) 161 868 8000
Fax: +44 (0) 161 868 8868
Capacity: 76 121
Record crowd: 76 962, Grimsby vs Wolverhamton (25 March 1939)
Power of lamp: 2500
Field Size: 110 X 67 meters
Status: five stars
Architect: Archibald Leitch
Capacity development:
1910-1939: 80,000
1945-1960: 67 000
1960-1974: 65 000
1975-1980: 60,000
1980-1988: 58 000
1988-1990: 48 000
1990-1994: 45,000
1994-1996: 43 000
1996-1999: 55 000
2000-2001: 61 000
2001-2005: 68 000
2006 -.... : 76 212
Subtleties unique Old Trafford:
• Stadium appeared in the film's most lots, among them the Hell Is a City (1960), Billy Liar (1963), and Charlie Bubbles (1968).
• The first stadium to build a security fence in anticipation of hooliganism in the 1970s.
• From April until November, Old Trafford cut the grass three times a week. December until March cut once a week.
• Below ground installations are 10-inch plastic pipe that supplies hot water to melt the snow that fell onto the grass.
Referensi: http://www.unitedindonesia.org/forum/showthread.php?t=410
Read More...
Tuesday, May 11, 2010
Tragedi Munich
SORE, Langit Kota Munich begitu gelap. Salju terus turun membuat pandangan mata terasa kabur, sementara hawa begitu dingin. Sesekali angin besar memainkan butiran salju hingga berhamburan ke mana-mana.
Meski begitu, suasana pesawat Elisabeth riang dan bahagia oleh canda dan tawa tim Manchester United. Tim yang saat itu dilatih tokoh legendaris Matt Busby, baru saja menahan Red Star Belgrade 3-3, sekaligus lolos ke semifinal Liga Champions.
Ini memang masa keemasan MU yang dijuluki Busby Babes. Mereka punya permainan memuka dan juara Liga Inggris pada 1956 dan 1957. Bahkan, banyak yang menilai MU berpeluang menjuarai Liga Champions.
Mereka berada di Bandara Munich-Riem, karena pesawatnya melakukan transit dan pengisian bahan bakar. Bayangan bakal disambut bak pahlawan sudah menggantung di pikiran para pemain Setan Merah. Lolos ke semifinal adalah pengalaman pertama tim itu. Dan, jarak Munich ke Manchester hanya beberapa jam saja dengan pesawat.
Setelah segalanya beres, pesawat milik British European Airways (BEA) itu pun kembali melakukan take-off. Percobaan pertama gagal. Yang kedua juga demikian, karena masalah mesin. Setelah dilakukan serangkaian perbaikan, kapten pilot James Thain pun mencoba melakukan take-off ketiga.
Agak berhasil. Pesawat seolah akan terbang normal pada pukul 15.04 waktu Munich. Namun, pesawat itu ternyata gagal mencapai ketinggian optimal untuk terbang ke udara.
Blaaast! Tiba-tiba pesawat belangsatan, dan terjatuh menimpa rumah penduduk. Tubuh burung besi yang membawa 44 penumpang - termasuk tim MU - itu pun terguling-guling dan hancur.
Tujuh pemain MU - Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor, Liam 'Billy' Whelan - tewas seketika. Sedangkan Duncan Edwards meninggal di rumah sakit pada 21 Februari. Sebanyak 15 penumpang lainnya, termasuk wartawan dan ofisial MU, ikut meninggal.
Pelatih Matt Busby sedniri terluka parah. Dia harus dirawat di rumah sakit selama dua bulan. Karena itu, sempat ada kekhawatiran Liga Champions 1958 akan dibatalkan, karena salah satu semifinalis sedang berduka.
Namun, Setan Merah tetap siap meneruskan kompetisi dengan pemain yang tersisa dan para pemain cadangan. Mereka yang selamat dari bencana itu adalah Johnny Berry, Jackie Blanchflower, Dennis Viollet, Ray Wood, Bobby Charlton, Bill Foulkes, Harry Gregg, Kenny Morgans dan Albert Scanlon. Sedangkan asisten pelatih Jimmy Murphy, menggantikan Matt Busby untuk sementara.
Dengan tim yang kurang lengkap,MU tampil memukau di semifinal. Tapi, mereka kurang cukup modal untuk meladeni AC Milan dan akhirnya tersingkir.
Itu menjadi bencana paling kelam dalam sejarah MU. Maka, MU selalu mengenangnya. Dan, 6 Februari 2008 lalu adalah tepat 50 tahun bencana yang sering disebut Tragedi Munich itu.
Itu juga menjadi tragedi nasional bagi Inggris. Maka, pada pertandingan persahabatan antara timnas Inggris lawan Swiss di Wembley, 6 Februari 2008, semua pemain menyempatkan hening sejenak mengenang para korban kecelakaan itu, sekaligus mengirim doa.
Namun, kontroversi sempat merebak kala MU melawan rival sekota Manchester City pada 10 Februari 2008. MU meminta semua hening semenit untuk mengenang tragedi itu, tapi sebagian suporter Man. City menolak dan mengancam akan mengganggu.6 Februari 1958.
Yang pasti, tragedi itu menjadi mimpi terburuk MU. Maka, klub itu membuat acara meriah pada peringatan 50 tahun Tragedi Munich. Gambar tim Busby Babes menghiasi Stadion Old Trafford. Berbagai selamatan juga dilakukan.
Para korban tewas
Kru pesawat
* Kaptain Kenneth "Ken" Rayment, kopilot (selamat dari kejadian tetapi mengalami cedera parah dan meninggal tiga minggu setelahnya di rumah sakit setelah mengalami gegar otak)
* Tom Cable, pramugara
Penumpang
Sebuah plakat memorial di Old Trafford untuk mengenang tragedi ini
Jam Munich, di sudut tenggara di Old Trafford
Pemain Manchester United
* Geoff Bent
* Roger Byrne
* Eddie Colman
* Duncan Edwards (selamat dari kecelakaan, tapi meninggal 15 hari kemudian)
* Mark Jones
* David Pegg
* Tommy Taylor
* Liam "Billy" Whelan
Staf Manchester United
* Walter Crickmer, sekretari klub
* Tom Curry, trainer
* Bert Whalley, kepala pelatih
Wartawan dan Jurnalis
* Alf Clarke, Manchester Evening Chronicle
* Donny Davies, Manchester Guardian
* George Follows, Daily Herald
* Tom Jackson, Manchester Evening News
* Archie Ledbrooke, Daily Mirror
* Henry Rose, Daily Express
* Frank Swift, News of the World (juga mantan kiper Inggris dan Manchester City; meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit)
* Eric Thompson, Daily Mail
Penumpang lain
* Bela Miklos, agen perjalanan
* Willie Satinoff, supporter, dan teman dekat Matt Busby
http://bola.kompas.com/read/xml/2008/02/12/03155035/tragedi.munich.mimpi.buruk.setan.merah
Read More...
Friday, May 07, 2010
Kisah "Class of 92" Manchester United
MUFC Tech-Class of 92 adalah sekumpulan pemain muda berbakat emas lulusan Akademi Manchester United. Para pemain muda ini dilatih seintensif mungkin agar menjadi pemain hebat. Hasilnya, pada tahun 1992 mereka meraih gelar juara FA Youth Cup. Usia mereka rata-rata 18 tahun. Class of 92 sering juga disebut dengan Fergie Babes, ini karena mereka adalah pemain yang direkomendasikan oleh Alex Ferguson untuk menjadi pemain inti MU saat itu, walau usia mereka masih sangat muda. Sejumlah nama yang dipromosikan ke tim utama, antara lain David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul Scholes, Nicky Butt, Keith Gillespie, Robbie Savage, dan Simon Davies. Alhasil, pada musim 1992-1993, MU meraih gelar juara Liga Inggris dengan kontribusi dari sebagian besar pemain muda tersebut. Yang pasti tim muda Manchester United tahun 1992 ini merupakan tim yang terbilang sulit untuk disamai. Beberapa pemain Class of 92 sekarang telah menjadi pemain kaliber internasional. Sebutlah David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan Nicky Butt. Ini membuktikan bahwa Manchester United bukan hanya klub yang sukses secara komersial saja, tetapi akademi mereka memang mumpuni untuk melahirkan bintang-bintang baru. Berikut adalah kisah beberapa pemain Class of 92....
1. Ryan Giggs
Dididik oleh Manchester City, Giggs direkrut oleh MU tepat di ulang tahunnya yang ke-14. Saat itu, Sir Alex Ferguson sendiri yang mendatangi rumah Giggs dan memintanya berlatih di Carrington. Saat ini, Giggs masih setia membela MU. Sejumlah rekor MU berhasil dipecahkan oleh pria berkebangsaan Wales ini. Posisinya dulu adalah sayap kiri, namun kini Giggs juga fasih bermain di tengah.
2. David Beckham
Barangkali salah satu pemain yang paling populer di MU. Beckham yang kelahiran London adalah asli didikan MU. Sejak memulai debutnya di tim senior pada tahun 1992, Beckham terus meroket. Beckham memiliki spesialisasi sebagai eksekutor bola mati. Salah satu yang paling diingat dari Beckham adalah golnya dari jarak setengah lapangan menghadapi Wimbledon tahun 1996. Akibat konflik dengan Ferguson, Beckham lalu hijrah ke Real Madrid pada tahun 2003. Suami dari Victoria Adams itu lalu pindah ke Amerika bersama LA Galaxy lalu dipinjamkan ke AC Milan.
3. Paul Scholes
Salah satu sosok yang pernah sangat dominan di lapangan tengah MU. Sangat mobile dan memiliki tendangan geledek, pemain berjuluk 'Pangeran Jahe' ini memotori lini tengah selama bertahun-tahun. Sama seperti Giggs, Scholes adalah seorang pemain yang terus setia membela MU hingga saat ini. Meski secara terbuka mengaku sebagai pendukung Oldham Athletic hingga kini, tak ada seorang pun fans MU yang memprotesnya.
4. Gary Neville
Dijuluki 'Benteng Alamo' berkat ketangguhannya mengawal lini belakang MU. Neville fasih bermain sebagai bek kanan dan juga bek tengah. Sejak merebut posisi inti dari tangan Paul Paker pada 1994, Neville terus jadi pilihan utama. Pada tahun 2005, Nevile ditunjuk sebagai kapten The Red Devils menyusul kepindahan Roy Keane. Bersama Giggs dan Scholes, mereka adalah tiga pemain Class of 92 yang masih bertahan hingga kini.
5. Nicky Butt
Seorang gelandang tengah yang tangguh, tipe yang sangat disukai Ferguson yang pernah sangat mengandalkan Paul Ince dan Roy Keane. Butt memulai debut pada musim 1992-93, tapi baru jadi pilihan utama musim 1994-95. Akibat mulai gagal bersaing dengan gelandang-gelandang lain, Butt terbuang ke Newcastle United tahun 2004. Karirnya terus meredup, salah satunya ditandai dengan tergedragasinya Newcastle.
6. Phil Neville
Adik dari Gary Neville. Di Manchester United, Phil biasa dimainkan sebagai bek kiri menggantikan Denis Irwin atau bek kanan mengisi posisi sang abang. Selain itu, Phil juga bisa bermain sebagai gelandang. Tahun 2005, Neville kecil hijrah ke Everton. Januari 2007, menyusul kepergian David Weir ke Glasgow Rangers, manajer Everton menunjuk Phil sebagai kapten baru The Toffees.
Class of 1992: Benih Kejayaan Setan Merah
Melahirkan seorang bintang sepak bola saja adalah perkara sulit. Jika mampu melahirkan bintang dalam satu kelas atau angkatan, itu berarti sangat luar biasa. Sekolah sepak bola Manhcester United (MU) pernah melakukannya. Pada awal 1990-an, akademi MU memiliki murid-murid yang penuh bakat dan berkelas.
Betapa tidak, angkatan tersebut dihuni oleh benih-benih berkualitas yang kelak menjadi bintang-bintang besar di jagad sepak bola. Juga, menjadi kunci sukses Setan Merah (julukan MU). Sebut saja David Beckham, Nicky Butt, Keith Gillespie, Ryan Giggs, Robbie Savage, Paul Scholes dan sebagainya. Mereka sudah menebar pesona, meski masih berwajah imut.
Angkatan itu akhirnya melegenda dengan sebutan Class of ‘92 . Sebab, pada tahun itu mereka menunjukkan kehebatannya di pentas Piala FA Junior. Nicky Butt dkk tampil memukau dan menghajar Crystal Palace 6-3 di final. Untuk ketujuh kalinya (waktu itu, Red) MU menjuarai Piala FA Junior dan itu sebuah rekor tertinggi.
Dibangun sejak 1930-an, sekolah sepak bola Manchester United (MU) memang terkenal bagus. Banyak bintang besar yang lahir dari gemblengan akademi itu. Meski tak mengharamkan pembelian pemain asing, tapi MU sangat menghormati lulusan akademinya. Klub ini bahkan punya filosofi, “Pemain yang kamu ciptakan akan lebih baik daripada pemain yang kamu beli.” Karena itu, akademi ini terus melahirkan bintang-bintang besar sepanjang sejarahnya. Sebelum melahirkan Class of ‘92 , akademi ini sudah mencetak Duncan Edwards, George Best, Bobby Charlton, Mark Hughes.
Bahkan pada era 1950-an, mereka juga memiliki satu angkatan yang berkualitas. Sebagai contoh Bobby Charlton, Duncan Edwards, Harry Gregg, Roger Byrne, Geoffrey Bent, dsb. Sayang, sebagian dari mereka harus tewas dalam kecelakaan pesawat di Muenchen. Padahal, tim yang dijuluki Busby Babes ini diramal bakal merajai Liga Champions 1957-58. MU tak perlu terlalu larut dalam kesedihan. Sebab 30 tahun kemudian, klub ini kembali melahirkan angkatan yang bisa dibanggakan. Class of ‘92 dinilai menyamai kelas Busby Babes. Sekumpulan bakat yang lahir dalam satu era yang kelak mampu melahirkan kebesaran bagi MU.
SENJATA UTAMA FERGIE
Fenomena Class of ’92, juga tak lupu dari perhatian manajer MU, Sir Alex Ferguson. Bahkan pelatih asal Skotlandia ini menilai Nicky Butt dkk adalah aset yang sangat berharga dan bakal menjadi senjata utama timnya. Benar saja, pada musim 1994-95, Ferguson mulai berani memanfaatkan angota Class of ‘92 . Ini memang saat yang tepat. Para pemain junior itu sudah mulai matang, sementara Eric Cantona dihukum 8 bulan karena menendang suporter dan Mark Hughes sering cedera. Pada musim 1995-96, anggota Classs of ’92 makin banyak yang ditarik ke tim senior. Mereka masing-masing David Beckham, Paul Scholes, Nicky Butt, Gary Neville, Phil Neville, dan Ryan Giggs.
Tindakan Fergie – panggilan akrab Ferguson – itu sempat dikritik mantan pemain Liverpool yang juga komentator BBC, Alan Hansen. “Anda tidak akan memenangkan apa-apa di musim 1995-96 kalau mengandalkan anak-anak,” sindir Hansen kepada Fergie. Ferguson tak peduli dengan kritikan itu. Dia merasa lebih tahu dari siapa pun tentang potensi Nicky Butt dkk. Menurutnya, mereka akan menjadi senjata utama MU dalam meraih banyak gelar.
“Sudah sangat jelas, bakat-bakat para pemain anggota Class of ’92 sangat luar biasa. Mereka sudah menunjukkan kemampuannya di kompetisi junior. Teknik dan gaya permainannya sangat spesial,” jawab Fergie waktu itu.
Fergie tak salah. Keyakinannya terhadap para pasukan baru itu ternyata bukan tanpa alasan. Sebab, hampir semua pemain memberi pengaruh besar terhadap permainan MU. Gary Neville menjadi bek kanan yang luar biasa. Tangguh dan berani maju membantu serangan. Sedangkan Nicky Butt langsung nyetel dan menjadi gelandang yang kreatif. Paul Scholes menjadi gelandang serang yang sangat aktif dan produktif.
Di sektor sayap, MU malah sangat istimewa dan dianggap terbaik. Sebab di sisi kanan ada David Beckham yang memiliki umpan mematikan. Dia tak butuh banyak gocek, tapi umpannya sering menjadi assist. Di sisi kiri ada Ryan Giggs yang menambah ketajaman serangan MU. Gocekannya sangat hebat dan penetrasinya sulit dihentikan lawan. Hasilnya, MU meraih double winners pada musim 1995-96: juara Premier League dan Piala FA. Sejak itu, Class of ‘92 menjadi andalan MU. Mereka bahkan menjadi pilar kejayaan klub ini di era 1990-an. Selain double winners di musim 1995-96, mereka juga mampu menambah 5 gelar Premier League, 1 Piala FA, 1 Liga Champions, dan 1 Piala Interkontinental. Prestasi paling bersejarah tentu pada musim 1998-99. David Beckham dkk menorehkan catatan emas. MU menjadi klub pertama yang mampu meraih treble winners dengan menjuarai Premier League, Piala FA, dan Liga Champions.
“Kualitas para anggota Class of ‘92 menjadi salah satu kunci kesuksesan manajemen saya. Jika menjadi manajer seperti saya, Anda harus memiliki tim dengan kualitas seperti itu,” jelas Fergie.
Tak bisa dipungkiri, sukses terbesar MU dalam sejarahnya memang terjadi di masa manajemen Fergie. Tak bisa dielakkan juga, salah satu sukses Fergie berkat pasukan Class of ‘92 . Karena kualitas mereka, MU mampu meraih banyak gelar.
Meski kini tinggal Gary Neville, Paul Scholes, dan Ryan Giggs yang masih berada di MU, tapi Class of ‘92 tetap melegenda. Mereka akan tetap dicatat sebagai salah satu tonggak sejarah besar Setan Merah.
Fakta Class of ‘92
Nama resmi: Manchester United Junior
Pelatih: Eric Harrison
Skuad: Kevin Pilkington (kiper), Gary Neville, Phillipe Neville, Chris Casper, John O’Kane, Keith Gillespie, David Beckham, Rabbie Savage, Ben Thornley, Nicky Butt, Paul Scholes, Simon Davies, Ryan Giggs, Colin McKee,George Swtzer
Prestasi: Piala FA Junior 1992
Sumber: Mufctech
Read More...
Friday, April 30, 2010
Rapor Bagus Hanif Sjahbandi di MU
Jakarta - Berlatih bersama banyak anak-anak dari berbagai negara dunia di sekolah sepakbola Manchester United, Hanif Sjahbandi tak kalah bersaing. Dia malah termasuk yang paling berprestasi di angkatannya.
Hanif Sjahbandi mengikuti kelas latihan yang diadakan Manchester United pada pertengahan tahun 2009 lalu. Dia terbang ke Inggris setelah membantu timnas U-13 memenangi AFC U-13 Festival of Football di Malaysia.
Selama menjalani kursus sepakbola di MU, Hanif ternyata tampil mengesankan. Atas dasar performa dan nilai bagus yang didapat, dia kemudian mendapat undangan untuk berpartisipasi di World Skills Finals 2009 yang dilangsungkan di Old Trafford.
World Skills Finals merupakan sebuah kesempatan yang diberikan pada siswa Kursus Sepakbola Manchester United yang dianggap punya prestasi dan tampil menonjol. Dalam ajang tersebut, peserta mendapat kesempatan menjalani sesi latihan yang lebih intensif, melakukan tur di Theater of Dreams, merumput di Old Trafford serta menyaksikan pertandingan Premier League dan kaga tim akademi.
Selain memiliki akademi sepakbola, untuk menjaga regenerasi pemain, MU juga memberi kesempatan pada seluruh anak di dunia untuk 'Hidup, Berlatih dan Bermain Seperti Cara MU' melalui kelas kursus yang mereka buka. Kelas kursus tersebut terdiri dari berbagai kategori dan biaya, yang dibedakan berdasarkan tingkatan umur.
Seperti dikutip dari manutdsoccerschools, jumlah yang harus dibayarkan peserta kursus berbeda tergantung jenis kelas yang diikuti. Untuk "Residential Course" misalnya, The Red Devils mematok biaya sebesar 549,95 poundsterling (Rp 8,1 juta) untuk rentang usia 8-18 tahun.
Siswa kursus kelas tersebut akan menginap selama lima hari di tempat yang sudah disediakan. Setiap harinya mereka akan menjalani latihan rutin, yang tingkatannya dibedakan berdasar usia dan jenis kelamin.
Jika nantinya ada scout The Red Devils melihat ada pemain dengan potensi besar dari kursus sepakbola ini, sangat mungkin untuk terus dipertahankan hingga beberapa tingkat jenjang umur berikutnya.
sumber:disini
Read More...