Sepakbola indonesia sedang dalam perkembangan, sepakbola negara kita masih belum bisa dikatakan bagus karena belum menunjukkan prestasi yang membanggakan tapi negara kita memiliki tekad yang kuat dan semangat yang tinggi. Dalam beberapa event terakhir yang dilakoni timnas Indonesia baik senior maupun junior (U-23), untuk timnas U-23 yang baru saja meraih medali perak di ajang sea games menorehkan prestasi yang luar biasa menurut saya walaupun tidak meraih emas namun permainan mereka bagitu menghibur dibandingkan dengan timnas senior yang gagal total di kualifikasi PD 2014 tanpa meraih 1 poin pun. Apa yang menjadi kendala dengan semua ini? pemain, pelatih atau apalah yang menjadi alasan buruknya prestasi timnas senior. Football Blog memiliki pendapat ataupun hanya sekedar saran saja yang akan saya utarakan dalam football blog ini.
Read More...
Tuesday, November 29, 2011
Sepakbola Usia Dini Di Indonesia
Wednesday, August 03, 2011
Liga Indonesia Berpeluang Digelar Awal Oktober
PSSI telah menyiapkan timeline persiapan kompetisi musim 2011/12 yang direncanakan akan digelar pada tanggal 8 Oktober. Kompetisi Sepakbola profesional Indonesia dengan format baru kemungkinan akan dapat digelar pada awal bulan Oktober mendatang, atau lebih tepatnya pada tanggal 8 Oktober. Rencana tersebut terungkap pada workshop format kompetisi yang dihadiri oleh perwakilan AFC dan perwakilan klub Superliga Indonesia dan klub Divisi Utama Liga Indonesia.
Setelah workshop, seluruh klub profesional diwajibkan mempersiapkan dokumen-dokumen mulai dari legalitas, keuangan, infrastruktur, personel sampai sporting, yang juga mencakup pembinaan usia dini. PSSI memberikan waktu untuk mempersiapkan dokumen tersebut hingga 21 Agustus dan satu hari setelah itu seluruh dokumen harus dimasukkan ke PSSI.
Wednesday, April 13, 2011
Barcelona melaju Ke Semi-Final
Barcelona tinggal menanti pemenang dari pertandingan Tottenham Hotspur lawan Real Madrid. Lionel Messi memastikan langkah Barcelona ke semi-final Liga Champions usai mengalahkan Shakhtar Donetsk 1-0 di Donbass Arena, Rabu (13/4), dinihari WIB. Kemenangan tersebut membuat pasukan Blaugrana unggul secara agregat 6-1.
Dengan sukses ini, Barca sekarang hanya tinggal menanti pemenang dari pertandingan Tottenham Hotspur kontra Real Madrid yang baru akan menggelar pertandingannya Kamis dinihari esok. Madrid saat ini telah mengantungi kemenangan 4-0 dari pertemuan pertamanya dengan Tottenham. Pemenang dari pertandingan tersebut akan menjadi lawan Barca di semi-final Liga Champions.
Menghadapi laga ini, pelatih Shakhtar harus kehilangan dua pemain pilarnya Dario Srna dan Razvan Rat. Kedua pemain tersebut absen karena mengalami cedera. Sebaliknya di kubu Barca, pelatih Pep Guardiola tak memboyong Andres Iniesta yang tengah menjalani hukuman akumulasi kartu. Walau tidak diperkuat dua pemain pilarnya, Shakhtar masih tetap mampu menunjukkan perlawanan sengit. Di awal-awal babak, anak asuh Mircea Lucescu ini sempat membuat kejutan ke lini pertahanan Barca.
Delapan menit pertandingan baru berjalan, Douglas Costa melepaskan sebuah tendangan terarah. Tetapi pada saat itu tendangan kerasnya masih bisa diantisipasi dengan baik oleh kiper Barcelona Victor Valdes.
Hal serupa juga kembali lagi diulanginya pada menit ke-14. Namun untuk kali kedua pula, Valdes masih bisa menepis usaha pemain Shakhtar yang ingin membobol gawang el Blaugrana.
Meski sempat ditekan di awal penampilan, Barca tetap kehilangan kemampuannya untuk balik menyerang. Peluang terbaik Barca sempat didapat pada menit ke-28 lewat tendangan keras dari Lionel Messi. Bola yang diterima dari Sergio Busquets langsung disambut dengan sebuah tendangan dari jarak 25 yard oleh Messi. Tetapi usaha itu masih belum mendapatkan hasil.
Sampai pertengahan babak, Barca memperlihatkan dominasinya atas Shakhtar dengan penguasaan bola hampir 59 persen. Peluang-peluang yang sempat didapat pemain Barca tidak hanya pada sosok Messi saja. Tetapi Ibrahim Affelay sempat pula memperoleh kesempatan di menit ke-42. Namun kerja keras striker muda berbakat milik Barca ini juga masih menemui jalan buntu.
Barca akhirnya baru bisa memastikan keunggulannya saat pertandingan tersisa dua menit pada waktu normal. Gol tersebut dicetak oleh Messi usai menerima umpan dari Dani Alves. Bola yang ditendang dengan kaki kiri itu langsung mengalir tak terkawal di sudut kanan gawang Shakhtar. Gol tersebut merupakan yang kesembilan dikoleksi Messi di Liga Champions musim ini.
Berbekal gol dari Messi tersebut membuat penampilan Barca menjadi lebih tak banyak beban saat memasuki babak kedua. Sebaliknya tim lawan berusaha sekuat tenaga sambil menanti datangnya keajaiban sebagai modal untuk mengejar defisit lima gol.
Usaha itu sempat dirintis oleh Jadson, Luiz Adriano maupun Eduardo yang baru dimainkan di pertengahan babak. Sayangnya, tembok pertahanan Barca yang berlapis selalu saja membuat kandas usaha dari para pemain Shakhtar.
Barca di babak ini juga tetap tidak ada mengendurkan serangannya ke jantung pertahanan tim tuan rumah. Di menit ke-59, serangan yang dibangun oleh Messi kembali lagi membuat kekacauan di lini pertahanan Shakhtar. Di menit ini Alves sempat memanfaatkan bola rebound, namun tendangannya juga masih belum menemukan sasaran terbaiknya.
Selanjutnya di menit ke-74, usaha Shakhtar yang dibangun lewat kerjasama Henrik Mkhitaryan dan Eduardo nyaris saja membuahkan hasil. Tetapi lagi-lagi, kiper Valdes dengan begitu gemilang masih mampu mementahkan peluang yang didapat pemain Shakhtar tersebut. Dan sampai pertandingan berakhir usaha Shakhtar untuk mencuri gol ke gawang Barca tetap tidak bisa membuahkan hasil.
Sumber : Goal.com
Read More...
Thursday, April 07, 2011
Ada apa dengan PSSI
Ya seperti yang telah kita ketahui bahwa sepakbola indonesia sedang mengalami masalah yang sangat serius, Kisruh PSSI dan sejumlah masalah yang membuat tambah kisruhnya PSSI. Nurdin Halid sebagai ketum banyak menerima kritikan karena dianggap tidak becus mengurus PSSI dan nurdin pun selalu mengelak dan bersikeras untuk tetap memimpin PSSI. FIFA, badan tertinggi sepakboloa dunia sampai mengluarkan keputusan yang menganggap bahwa PSSI dalam kepengurusan nurdin halid tidak diakui. Ada apa dengan PSSI sebenarnya? mulai dari kongres yang kisruh, demo menetang nurdin halid, intervensi pemerintah dan lain sebagainya membuat pecinta sepakbola ditanah air sangat kecewa dan memunculkan banyak tanda tanya, mengapa bisa demikian. Harusnya PSSI bisa berfikir tentang bagaimana untuk memajukan sepakbola indonesia bukan meributkan masalah yang justru berkepanjangan dan membuat sibuk untuk mengurus Induk organisasi saja. Berapa tahun timnas tidak mendapatkan gelar, tidak pernah menjadi no. 1 di asean dan semakin terpuruk di beberapa aspek seperti LIGA yang harusnya menjadi ajang untuk menjadikan bibit timnas yang berkualitas tetapi kurang berjalan dengan baik. dengan adanya keputusan fifa kita berharap kepada para komite normalisasi agar dapar menyelesaikan masalah ini secepatnya dan bisa membuat agenda untuk PSSI agar lebih mementingkan sepakbola daripada memikirkan hal2 yang tidak penting seperti yang sedang terjadi. PSSI seakan-akan milkik keluarga bakrie, dan saya pikir orang politik tidak seharusnya mengurus sepakbola. Semoga PSSI ke depan bisa lebih baik lagi dan mendatangkan prestasi yang membanggakan bagi Indonesia. Read More...
Syamsir Alam Cetak Gol Pertama Bagi Penarol U-19
Tampil sebagai pemain inti, Syamsir Alam mengukir gol perdana bagi Penarol U-19. Memasuki penampilan ketiga bersama Penarol di Cuarta Division, Syamsir Alam akhirnya mempersembahkan gol pertama untuk tim barunya itu, Sabtu (2/4) lalu.
Untuk kali pertama sejak bergabung, Alam dipercaya tampil sebagai pemain inti. Seakan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut, Alam menyumbangkan satu gol dalam kemenangan Penarol 4-0 atas Atenas de San Carlos melalui sontekan tumit.
Padahal, malam sebelum pertandingan Alam sempat meriang. Tetapi keadaan fisiknya pulih pada pagi harinya sehingga Alam memutuskan tetap bertanding. Pemain kelahiran 18 tahun lalu itu pun akhirnya bermain hingga menit ke-60.Penampilan tersebut adalah kali ketiga bagi Alam bersama Penarol. Debut penampilan ditandai sebagai pemain pengganti ketika menghadapi Wanderers, Maret lalu. Saat itu Alam bermain selama 20 menit. Nyaris saja Alam mencetak gol pada penampilan debut, tetapi tendangannya menghantam tiang gawang.
Berikutnya Alam juga tampil sebagai pemain cadangan ketika melawan Central Espanol. Pada pertandingan ini, sebagai pemain sayap kanan, Alam bahkan menyumbangkan dua buah assist kepada rekan-rekannya.
Setelah beristirahat karena cedera ringan ketika Penarol melawan Sud America, Alam baru tampil lagi Sabtu lalu. Hingga berita ini diturunkan GOAL.com Indonesia belum berhasil mendapatkan keterangan langsung dari Alam karena sang pemain langsung beristirahat lagi guna memulihkan kondisinya.
Read More...
Saturday, February 19, 2011
Kenaikan Tiket Final Liga Champions Terus Mendapat Kecaman
UEFA sepertinya tidak akan mengubah haluan mereka dalam rangka memberlakukan kenaikan harga tiket final Liga Champions. Pemberlakuan kenaikan tarif tiket final Liga Champions Wembley yang sebelumnya mendapat kecaman dari berbagai pihak, kini kembali menghadapi tentangan dari pelatih ternama.
Adalah Carlo Ancelotti dan Arsene Wenger yang turut menyuarakan aspirasinya menolak kebijakan yang dibuat UEFA -- otoritas sepakbola Eropa -- dan FA -- federasi sepakbola Inggris -- yang bekerja sama dalam menetapkan harga tiket yang dinilai kelewat mahal.
"Itu terlalu mahal. UEFA ingin meraup banyak uang dengan cara menaikkan harga tiket dan itu sangat mahal," keluh Ancelotti kepada UEFA.
"Saya harap UEFA mau memotong harga, namun saya tak melihat mereka bakal bersedia."
Wenger mengamini keluhan Ancelotti dengan mengatakan kenaikan harga tiket tersebut tidak sejalan dengan kepopuleran olahraga sepakbola, yang semestinya bisa menyesuaikan dengan kocek publik dari berbagai elemen.
"Secara pribadi saya mendukung penurunan harga karena dalam hal ini adalah partai final yang semestinya tidak membuat pilihan berdasarkan perbedaan pendapatan orang, apalagi ini adalah acara khusus dalam olahraga terpopuler," cetus Wenger.
FA tengah mengupayakan jalan terbaik dan mendengarkan harapan publik, sementara UEFA bersikukuh pada pendirian untuk tetap menaikkan harga tiket.
Pihak UEFA meyakinkan dan menjelaskan, kenaikan harga tiket ini tidak terlampau jauh dari harga tiket di final Bernabeu Madrid musim lalu. Tiket termurah dihargai £176, dan yang paling mahal berbanderol £326.
Juru bicara Federasi Suporter Sepakbola Michael Brunskill sampai-sampai melabeli harga tiketi itu "sungguh keterlaluan".
Sumber: Goal.com
Read More...
Friday, February 11, 2011
Daftar Klub Terkaya Didunia
Baru-baru ini Deloitte Football Money League membuat laporan tentang klub sepakbola terkaya didunia tahun 2011. Raksasa Spanyol Real Madrid kembali ditasbihkan sebagai klub terkaya di dunia versi Deloitte Football Money League Ini merupakan capaian keenam Los Blancos dalam enam tahun secara berturut-turut. Mereka meraih keuntungan dari hak siar sebesar £129,9 juta (€158,7 juta), bahkan melebihi dari total perolehan dari separuh 20 klub papan atas. Pengasilan keuntungan dari pertandingan bisa naik 27 persen, terutama setelah mereka menjadi tuan rumah final Liga Champions. Meski tersingkir di babak 16 besar Liga Champions musim 2009/10 dan hanya menduduki posisi kedua klasemen akhir Primera Liga Spanyol, namun hal itu tak mempengaruhi Madrid dalam meraup keuntungan secara finansial. Total kekayakan Madrid sebesar £359,1 juta, naik 9,2 persen dari tahun sebelumnya sebesar £341,9 juta.
Di posisi kedua, Barcelona masih menjadi penguntit Madrid. Total mereka meraih keuntungan £325,9 juta, naik 4,6 persen dari tahun sebelumnya sebesar £311,7 juta. Sementara itu, posisi ketiga masih ditempati Manchester United, yang memperoleh keuntungan £286,4 juta, naik 2,8 persen dari tahun sebelumnya sebesar £278,5 juta.
Berikut Daftar 20 klub terkaya didunia:
1. Real Madrid: £359,1 juta
2. Barcelona: £325,9 juta
3. Manchester United: £286,4 juta
4. Bayern Munich: £264,5 juta
5. Arsenal: £224,4 juta
6. Chelsea: £209,5 juta
7. Milan: £193,1 juta
8. Liverpool: £184.5 juta
9. Inter: £184,1 juta
10. Juventus: £167,8 juta
11. Manchester City: £125,1 juta
12. Tottenham: £119,8 juta
13. Hamburg: £119,7 juta
14. Lyon: £119,6 juta
15. Marseille: £115,5 juta
16. Schalke: £114,5 juta
17. Atletico Madrid: £101,9 juta
18. Roma: £100,5 juta
19. Stuttgart: £94 juta
20. Aston Villa: £89,6 juta
Note: Jumlah dalam kurs Poundsterling
Sumber : Goal.com
Read More...
Friday, August 06, 2010
Lucky Acub Zaenal
Pasang surut perjalanan Arema dalam mengejar prestasi tak bisa dipisahkan dari sosok Lucky Acub Zaenal. Sayangnya, pendiri tim berjuluk Singo Edan itu sementara waktu tidak bisa melihat tim kesayangannya berlaga di tanah air. Saat Arema Indonesia meraih juara Superliga Indonesia 2009/10, Lucky hanya bisa terdiam dan menangis. Bukan karena Lucky Acub Zaenal tak lagi sayang pada Arema, namun ketidakhadirannya itu karena cobaan yang tengah menderanya.
Perjuangan Lucky kini amat berat. Ayah tiga anak (satu dari istri pertama yang sudah dicerai dan dua dari istri kedua) ini harus menata mental untuk lebih menguatkan diri menghadapi cobaan yang dihadapinya. Namun, dengan dukungan dari orang-orang tercintanya, Lucky berjuang menjalani kehidupannya yang gelap.
Melihat penampilannya, sekilas memang tidak ada yang berubah pada sosok Lucky. Kesan penampilan nyentrik masih tetap melekat pada pendiri Arema itu. Mengenakan jaket biru dipadu t-shirt warna senada, Lucky terlihat masih peduli dengan penampilannya. Bahkan, ciri khas anting dari emas putih pun masih menggantung di daun telinga sebelah kirinya.
Barangkali yang membedakan hanya tongkat kecil yang kini selalu setia mendampinginya. Tongkat sekitar setengah meter tersebut yang menjadi temannya ketika dia berjalan.
"Saya tidak pernah mengeluh. Dengan begini artinya Allah masih mencintai saya," ucap Lucky sambil meletakkan tongkat kecilnya sesaat setelah dia duduk.
Lucky lantas melanjutkan ceritanya. Sebelum musibah yang merenggut dua indera penglihatannya itu, dia sebenarnya sudah lebih dulu keluar masuk rumah sakit di Malang. Itu terjadi sekitar pertengahan 2004 saat divonis dokter menderita hepatitis C.
"Hampir 13 kali saya keluar masuk rumah sakit. Kesehatan saya pun sudah dalam pengawasan dokter," katanya seraya mengambil rokok dari balik saku jaketnya.
Biaya pengobatan itu pun sampai tak terhitung berapa besarnya. Namun, rasa syukur masih terus menyelimuti Lucky kala dia mendapatkan kabar jika penyakit yang dideritanya mulai membaik. Berita bahagia itu diterimanya Agustus 2005. Kebagiaan itu tak lama dinikmatinya. Tiga bulan berikutnya, sekitar November 2005, ketabahannya menjalani hidup mulai diuji kembali. Penglihatan sebelah kirinya terasa ada yang ganjil.
"Mata kiri saya tiba-tiba kabur. Saya pun lantas ke dokter, anehnya saya divonis terkena glukoma. Padahal saya tidak memiliki riwayat penyakit diabetes," kata pria yang kini tinggal kawasan Lembah Dieng ini.
Dalam hitungan hari, musibah datang silih berganti. Selang dua minggu, belum hilang rasa penasarannya, Lucky divonis terkena migran. Saat itu juga, mata sebelah kiri yang awalnya masih kabur akhirnya total tak bisa melihat. Lucky Azub Zaenal pun menjalani perawatan medis lebih intensif. Sampai keadaan ekonomi keluarganya porak poranda untuk membiayai pengobatannya.
"Dalam keadaan itu saya masih bisa bekerja, malah saya sempat menyaksikan final Copa Indonesia di Jakarta. Tapi, saat itu penglihatan saya sudah tidak beres. Saya sudah tidak bisa melihat bola, yang terlihat cuma pemain yang berlari-lari," kenangnya.
Ujian tak berhenti di situ. Awal Januari 2006, ganti penglihatan mata sebelah kanannya mengalami gangguan. Yang dia rasakan mirip seperti kejadian mata sebelah kirinya beberapa waktu lalu.
"Untuk melihat kok kabur? Saya sudah mulai cemas. Ada ketakutan yang mulai membayangi saya saat itu," tambahnya.
Upaya pengobatan medis yang ditempuhnya tak membuahkan hasil. Justru satu bulan berikutnya, Februari, penghilatan kanannya menurun drastis. Jarak pandangnya tinggal 25 persen saja. Namun Lucky Acub Zaenal masih bisa melihat sinar, termasuk menyaksikan perubahan siang dan malam. Lalu?
"Sekitar Maret, kedua mata saya buta. Saya pun butuh menata mental menerima keadaan saya. Ini pukulan berat bagi saya," kata Lucky.
Tangis Lucky pun pecah. Dia tampak sekali tak bisa menyembunyikan goncangan hebat yang sedang menimpanya.
"Tapi, anak dan istri saya sangat luar biasa perjuangannya. Keluarga dan orang-orang terdekat saya yang mampu membuat saya bisa bangkit seperti sekarang," ujarnya dengan suara parau.
Dukungan keluarganya terus mengalir. Lucky pun dibawa ke Jakarta untuk menjalani pengobatan. Namun, kepedihannya makin menjadi setelah sekian lama menjalani pengobatan, tapi dokter yang menangani malah menyatakan angkat tangan.
"Yang saya khawatirkan terjadi, kedua mata saya buta. Berat sekali rasanya. Saya harus siap dengan problematika vonis yang diberikan dokter yang menangani saya," ujarnya.
Kami dari penyelenggara Charity Match Garuda Merah vs. Garuda Putih ingin berbuat sesuatu, agar Lucky tetap bersemangat dan tetap memiliki motivasi, agar percaya bahwa penyakitnya bisa sembuh. Walaupun, kata Lucky hanya mujizat yang bisa menyembuhkannya. Mari kita dukung, lahirnya mujizat untuk sang pelopor dan sang pahlawan Arema Indonesia. Lucky Acub Zaenal.
PROFIL Lucky Acub Zaenal
Nama: Lucky Acub Zaenal
Lahir: Malang, 1960
Karier:
* Pembalap Nasional 1980/90-an
* Pendiri dan Pengurus Arema (1987-2003)
Sumber : Buku Program "Charity Match Garuda Merah vs. Garuda Putih"
Read More...
Kim Jeffrey Kurniawan
Kim Jeffrey Kurniawan, pemain berusia 20 tahun yang saat ini memperkuat FC Heidelsheim, sebuah klub yang berkompetisi di Verbandsliga Nordbaden Jerman (satu level di bawah divisi 3 Bundesliga).Memang, klubnya saat ini bukanlah raksasa seperti Bayern München. Tapi sebagai lulusan Karlsruher SC, setidaknya Kim merasakan betapa ketatnya persaingan di sebuah negara yang pernah tiga kali juara dunia.Postur tubuhnya tak jauh beda dengan seorang Lionel Messi. Kim Jefry Kurniawan berpaspor Jerman, karena sejak lahir ia terus berdomisili di negeri sang ibunda. Di sana, ia mungkin tak banyak mengenal tentang negara kelahiran ayahnya, terutama tentang sepakbola Indonesia. Maklum saja,Indonesia belum cukup berprestasi di kancah dunia untuk bisa dikenal banyak orang di Barat.
Meski demikian, sejarah kakeknya yang bernama Kwee Hong Sing akan selalu melekat di dalam hati Kim. Ternyata, sang kakek pernah membela Persija Jakarta dan juga tim nasional Indonesia di era 1950-an. Kala itu, Indonesia ditangani seorang pelatih asal Yugoslavia, Antun Pogacnik. Di bawah asuhan Pogacnik, timnas lumayan bersinar. Beberapa hal yang perlu dicatat adalah kesuksesan Indonesia meraih medali perunggu Asian Games 1958, nyaris mengungguli Uni Soviet yang diperkuat Lev Yashin di Olimpiade 1956,
menundukkan Cina di Kualifikasi Piala Dunia 1958, dan menjuarai Piala Merdeka 1961 dan 1962 di Malaysia. Selain itu, Kwee Hong Sing juga mencicipi beberapa gelar bersama Persija.
Biodata Kim Jefry Kurniawan
Nama Lengkap: Kim Jeffrey Kurniawan
Tempat Lahir: Mühlacker (sebuah kota kecil dekat Stuttgart)
Tanggal Lahir: 23 Maret 1990
Tinggi Badan: 167 cm
Berat Badan: 60 kg
Nama Ibu Kandung: Uschi Kurniawan
Nama Ayah Kandung: Petrus Kurniawan
Did You Know?
* Neneknya Kim berasal dari Bandung, sedangkan kakeknya dari Kudus.
* Klub favorit Kim Jefry Kurniawan adalah FC Barcelona dan Bayern Munich.
"Di luar negeri, favorit saya adalah FC Barcelona, karena menurut saya, mereka memainkan sepakbola terbaik di seluruh dunia. Saya suka cara mereka bermain, dengan menerapkan umpan-umpan pendek dengan teknik tingkat tinggi. Kemudian klub favorit saya di Jerman adalah Bayern Munich."
* Pemain favorit Kim Jefry Kurniawan adalah Xavi Hernandez, Cesc Fabregas dan Lionel Messi.
"Mereka semua adalah pemain dengan teknik tinggi, mempunyai visi dan mampu mengendalikan pertandingan. Selain itu, cara mereka mengolah bola dan mengumpan sangat cemerlang, dan mereka juga bagus secara defensif [Xavi dan Fabregas]."
* Makanan favorit Kim adalah salad dengan campuran dada ayam.
"Sedangkan makanan favorit saya dari Indonesia adalah bakmi goreng." [tersenyum]
* Selain sepakbola, Kim Jefry Kurniawan sedang mengambil kuliah jurusan bisnis di Pforzheim.
"Ini akan menghabiskan waktu tiga tahun lagi dan saya akan mendapatkan ijazah. Selain itu, saya senang bergaul dengan teman-teman saya dan juga mencintai musik. Favorit saya adalah musik aliran R&B dan soul."
* Kim sudah ke Indonesia sebanyak tiga kali (tahun 2001, 2007, dan 2009).
"Semua saudara dari ayah tinggalnya di Indonesia, jadi kami sering mengunjungi mereka. Selain itu, kami berlibur ke Bali yang menurut saya adalah tempat terindah di dunia. Terdapat beberapa pengalaman penting di sana, karena kehidupan di Jerman sangat berbeda dengan gaya hidup di Indonesia. Semua orang sangat baik dan bersahabat di Indonesia, dan hal seperti ini sangat menyenangkan.
* Bersama Karlsruher SC, Kim Jefry Kurniawan pernah mencicipi gelar Sauerland Cup, sebuah kejuaraan handball di Jerman.
Read More...
Monday, July 19, 2010
Sepakbola Kampung tapi Tidak Kampungan
Wednesday, July 14, 2010
Blogger ITN dan Sepakbola
Friday, July 09, 2010
Frederick Omar Kanoute
Frederick Omar Kanoute, mungkin nama itu kurang begitu familiar bagi orang yang jarang menonton sepak bola. Dia adalah seorang striker yang bermain di salah satu klub liga BBVA(Spanyol), Sevilla. Dia berkewarganegaraan Mali. Apa istimewa dari pemain ini?selain piawai dalam mencetak Gol, Kanoute juga merupakan muslim yang taat. Peristiwa berikut adalah buktinya.
Peristiwa berikut adalah buktinya.
Pada awal musim lalu (2007/2008) Fredrick Omar Kanoute sempat membuat orang tercengang, mengapa? Dia menutup dada seragam klubnya pada bagian sponsor karena sponsor klubnya adalah sebuah rumah judi. Karena perbuatannya, ia diancam akan didenda oleh klubnya. Namun ia bersikeras, dan merasa bahwa judi itu adalah perbuatan syetan, dan ia tak mau yerjebak di dalamnya. Akhirnya karena prestasinya pada musim sebelumnya yang mampu mengantar Sevilla menjuarai piala UEFA mereka pun berdamai. Tak lama setelah berkonsultasi dengan “Guru Spiritualnya” Kanoute mau memperlihatkan logo sponsor. Dan iapun menyumbangkan gajinya untuk kegiatan sosial.
Peristiwa paling mutakhir lah yang paling menghebohkan. Pada wal musim ini (2008/2009) tepatnya pada 7 Januari 2009 lalu saat Sevilla menjamu Deportivo La Coruna dalam lanjutan Copa Del Rey (Piala Raja) yang berkesudahan 2-1 untuk kemenangan Sevilla. Dalam pertandingan itu Fredrick Kanoute mencetak satu buah Gol pembuka. Namun bukan Golnya yang membuat Heboh. Caranya men-selebrasikan gol-lah yang membuat orang tercengang. Sebagaimana kita tahu bahwa saat itu Palestina sedang dibombardir oleh serangan brutal Israel. Sebagai aksi kepeduliannya, ia merayakan Gol dengan membuka kausnya dan memperlihatkan kaus dalamnya yang bertuliskan kata “Palestina” dalam berbagi bahasa(lihat Gambar). Karena perbuatannya tersebut ia didenda 3000 euro(+ 44,5 juta rupiah) oleh RFEF(Asosiasi sepak bola Spanyol).Bahkan UEFA dan FIFA pun mengkritisi tindakannya meski belum sampai menjatuhkan sanksi.
Selain itu, kabarnya ia telah membeli sebuah masjid di kota Sevilla dengan gajinya. Awalnya Masjid tersebut adalah milik pemerintah, namun karena tidak ada yang mengurus karena jumlah Muslim di Sevill cukuo sedikit meskipun cukup banyak di Provinsi Andalusia, masjid tersebut hendak dijual. Dan Kanoute pun menyelamatkannya.
Selain itu Kanoute juga aktif di bidang sosial. Sebagian gajinya ia sumbangkan ke panti Asuhan. Kanoute juga berusaha memajukan pendidikan anak-anak di Negara asalnya, Mali, yang terkenal banyak penderita Demam Berdarahnya.
Mungkin jika kita tilik, Kanoute tinggal di Spanyol yang mayoritas adalah nonMuslim, namun hal tersebut tidak membatasi gerak dakwah Kanoute, meskipun hanya minoritas, tak jadi masalah. Segala keterbatasan mampu ia kalahkan. Sementar kita di Indonesia yang sangat dibebaskan dan mayoritas adalah Muslim, masih kalah jauh dari Kanoute. Semoga apa yang dilakuka Kanoute dapar membuka ummat Muslim di dunia untuk terus menegakkan agama Allah dalam keadaan apapun. Sebagaimana firmannya:
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(QS Muhammad 47:7)
sumber: http://opoanane.blogspot.com/2009/03/belajar-dari-frederick-kanoute.html
Read More...
Sunday, May 16, 2010
Dribblling Tips
Dribbling, salah satu teknik dasar dalam sepakbola. Ketika Anda tidak menemukan teman yang bisa diumpan, Anda harus mendribbling. Demikian pula ketika mengumpan akan berakibat offside, Anda harus melakukan dribbling. Menggiring pada dasarnya dibedakan menjadi dua: closed dribbling dan speed dribbling. Closed dribbling dilakukan dengan kontrol penuh atas bola, dilakukan ketika bola tidak benar-benar aman dari lawan kita. Pada closed dribbling, bola tidak boleh lebih dari 1 meter didepan kita. Adapun speed dribbling hanya memiliki satu tujuan: kecepatan. Pada speed dribbling, kita menggiring bola dengan berlari secepat-cepatnya. Bisa dilakukan dengan menendang bola kedepan lalu kita kejar sekuat-kuatnya. Namun syaratnya, kita benar-benar bebas dari tekanan lawan.
Yang tidak bisa dipisahkan dari teknik menggiring adalah teknik menggocek (move). Menggocek dilakukan untuk menipu alias menghilangkan keseimbangan lawan atau sekadar untuk membuyarkan konsentrasi lawan.
Bagaimana menggiring dan menggocek yang baik, berikut ini beberapa tips praktis untuk itu.
Pertama: Jika Anda ingin membawa bola dengan cepat ke daerah kosong (tidak ada lawan), lakukanlah speed dribbling yakni dengan menendang bola lalu mengejarnya. Namun jika Anda membawa bola di sekeliling lawan, lakukanlah closed dribbling yakni dengan senantiasa menjaga agar bola tidak lebih dari setengah meter di depan Anda. Dalam melakukan closed dribbling, jangan menambah kecepatan dengan cara memperlebar langkah kaki Anda atau mendorong bola lebih jauh ke depan, akan tetapi tingkatkanlah frekuensi langkah kaki Anda.
Kedua: Jangan terlalu banyak menggiring di sepertiga lapangan Anda. Anda boleh lebih leluasa menggiring di sepertiga lapangan lawan.
Ketiga: Sewaktu menggiring, jika lawan membayangi Anda dari samping maka teknik berbalik (turning) seringkali bisa membantu Anda mengecohnya.
Keempat: Ketika Anda membawa bola dan ada lawan di depan Anda, sangat baik jika Anda tidak tergesa-gesa mengumpankan bola padahal Anda masih jauh darinya. Giringlah bola terlebih dahulu mendekati sang lawan, dan pada saat yang seakhir mungkin umpankanlah bola kepada teman. Dengan demikian, sang lawan pasti akan terlambat untuk bisa mengantisipasi bola tersebut. Namun, jika Anda terlambat dalam mengumpan maka sangat mungkin lawan akan bisa merebut bola dari kaki Anda.
Kelima: Sewaktu menggiring, jika lawan menghadang di depan Anda maka umpankanlah bola kepada teman atau lewatilah lawan yang menghadang tersebut. Terdapat banyak teknik untuk melewati lawan, yang pada prinsipnya adalah menjadikan lawan sulit bergerak mengejar bola, mati langkah, salah antisipasi, atau kehilangan keseimbangan. Diantara teknik-teknik tersebut adalah matthews move, menggunting (scissors move), step over, cruyf move, melewatkan di bawah kedua kaki lawan (nutmeg move), berpura-pura mau menendang (fake kick), berputar (spin move), mencungkil bola (sombrero move) dan elastico move.
Keenam: Anda boleh kehilangan bola asalkan mendapatkan ganti yang pantas untuk itu, seperti tendangan pojok, tendangan bebas, lemparan kedalam, atau bahkan tendangan penalti.
Ketujuh: Menggiring bisa dilakukan ke arah mana saja, termasuk ke arah belakang jika dianggap perlu, misalnya untuk mencari dan menciptakan konfigurasi yang lebih baik.
Kedelapan: Jika teman Anda yang sedang menggiring bola berada dalam kesulitan, segeralah datang membantu dengan cara mengambil posisi yang tepat untuk bisa diberi umpan.
Kesembilan: Anda bisa menciptakan ruang bagi teman Anda untuk menerima umpan secara leluasa dengan cara menggiring bola yang Anda kuasai sedemikian sehingga tercipta ruang itu atau dengan memancing lawan mengejar Anda sementara Anda menciptakan ruang bagi teman-teman Anda ketika itu. Namun, ini hanya disarankan jika Anda terampil dalam menggiring.
Kesepuluh: Para pemain yang bisa menggiring paling baik disarankan untuk di tempatkan di sayap, dengan harapan bisa menyibukkan para pemain lawan sehingga tercerabut ke tepi lapangan dan terciptalah ruang yang longgar di tengah lapangan. Semoga bermanfaat...
Read More...
Saturday, May 15, 2010
Tangan Tuhan Maradona
Siapa Yang tidak mengenal Diego Armando Maradona, Legenda sepakbola argentina yang terkenal dengan gocekan dan aksi menawannya dilapang hijau. Juga dengan Gol tangan Tuhan yang terjadi tanggal 22 Juni, 1986 di Estadio Azteca, Mexico City. Ketika gocekan Diego Maradona melewati 5 pemain Inggris lalu diumpan sampai bola melambung ke atas. Maradona pun menyambut dengan tangannya. Saat itulah bola masuk ke gawang Inggris. Gol ini terjadi di menit 51'. Sayangnya, teknologi saat itu belum secanggih sekarang, sehingga kurang terlihat dengan jelas. Wasit asal Tunisia ini pun mensahkan gol meski beberapa pemain Inggris memprotes masalah ini. Hanya saja 19 tahun kemudian, Maradona akhirnya mengakui gol tangan Tuhannya. Tidak sekedar naradona karena banyak mungkin banyak sekali pemain yang mencetak gol dengan tangannya, salah satunya adalah Lionel Messi, dia layak disebut Maradona baru karena gol tangan tuhannya muncul lagi. Gol ini muncul di Copa del Rey untuk Barcelona, bukan di Piala Dunia FIFA seperti Maradona. Nama Messi langsung meroket dengan kejadian ini, hanya saja Barcelona gagal juara Copa del Rey yang direbut Sevilla, tidak seperti Argentina yang juara Piala Dunia FIFA 1986 Inilah intrik yang terjadi dalam dunia sepakbola sampai pemain inggris waktu itu Terry Butcher, sangat sakit hati hingga mengungkapkan apa yang terjadi usai pertandingan. Butcher yang kini menjadi asisten pelatih Skotlandia rupanya masih menyimpan sakit hati. Butcher usai pertandingan yang dimenangi Argentina 2-1 itu berada dalam satu ruangan bersama Maradona. Mereka terpilih acak untuk melakukan tes doping. Di tempat itu, Butcher memberikan isyarat dengan menunjuk kepala dan tangannya, menanyakan dengan apa Maradona menjebol gawang Inggris yang dikawal Peter Shilton.
Pada pertandingan itu, Maradona mencetak dua gol. Golnya yang pertama dicetak dengan tangannya. Saat itu wasit memang tidak melihat adanya pelanggaran. Namun dari tayangan ulang, Maradona terlihat jelas sukses mengelabui wasit. Ya, kontroversi dan intrik selalu melekat dalam sepakbola. Mungkin itulah seni dari sepakbola, hal2 yang tidak terduga bisa saja terjadi baik disengaja maupun tidak disengaja.
Read More...
Sunday, May 09, 2010
Sejarah Adu Penalti
Adu penalti, atau lebih tepat disebut "adu tendangan penalti", merupakan cara yang sekarang sering dipakai untuk menentukan pemenang dalam pertandingan sepak bola yang harus diakhiri dengan kemenangan/kekalahan (tidak bisa seri). Adu penalti dilakukan setelah pertandingan berlangsung 90 menit dan dilanjutkan dengan 2 kali 15 menit perpanjangan waktu namun keadaan masih seri. Walaupun pelaksanaannya mirip, adu penalti dilakukan mengikuti peraturan yang berbeda dari tendangan penalti. Hasil dari adu penalti tidak dimasukkan dalam perhitungan skor (jadi keadaan tetap seri), ia hanya digunakan untuk menentukan pemenang.
Sejarah....
Konon adu penalti pertama kali diusulkan oleh seorang wasit dari Penzberg, Bavaria, Jerman yang bernama Karl Wald pada tahun 1970. Pada saat itu, jika keadaan seri setelah perpanjangan waktu pemenang ditentukan dengan undian menggunakan koin. Karena menganggap cara ini sangat untung-untungan, ia mengusulkan adu penalti kepada ketua persatuan sepak bola Bavaria. Usul ini pertama kali ditolak namun setelah dilobi oleh tim pengusul, baru usulan ini diterima.
Setelah diteruskan ke Persatuan Sepakbola Jerman (DFB) dan diterima, segera kemudian aturan ini diterapkan pula di UEFA dan Fédération Internationale de Football Association. Klaim lain mengatakan bahwa adu penalti diusulkan pertama kali di Inggris dan juga di Israel.
Adu penalti pertama kali dilakukan di Inggris pada tahun 1970 antara Hull City dan Manchester United dalam Watney Cup (piala liga di Inggris) dan dimenangi Manchester United. Penentuan kejuaraan internasional besar yang pertama kali ditentukan dengan adu penalti adalah pada final Euro 1976, yaitu Cekoslovakia melawan Jerman Barat. Cekoslovakia menang dengan 5-3.
Tiga final Kejuaraan Dunia Sepakbola FIFA tercatat harus diselesaikan dengan adu penalti : final Piala Dunia 1994 di Stadion "Rose Bowl" Pasadena, Kalifornia, AS antara Brasil dan Italia (dimenangi oleh Brasil dengan 3-2); final Piala Dunia Putri 1999 di stadion yang sama antara tim AS dan Tiongkok (AS menang dengan 5-4), dan final Piala Dunia FIFA 2006 di Stadion Olimpiade Berlin, Jerman, yang dimenangi oleh Italia dengan menundukkan Prancis 5-3 setelah keadaan imbang 1-1 hingga perpanjangan waktu usai.
Sumber:http://aku-dan-mimpiku.blogspot.com/
Read More...
Saturday, May 08, 2010
Total Football
Total Football adalah sistem permainan sepakbola yang paling menarik. Tetapi memahami Total Football ternyata tidak segampang yang saya duga. Berulangkali membaca berbagai literatur dan artikel sepakbola, susah menemukan penjelasan mengapa dan bagaimana Total Football muncul. Hanya dengan memahami mengapa dan bagaimana, kita bisa memahami esensi sesuatu.
Yang standar tentu saja kita tahu bahwa sistem ini pertama kali muncul di Belanda dengan permainan bertumpu pada fleksibilitas pertukaran posisi pemain yang mulus. Posisi pemain sekadar kesementaraan yang akan terus berubah sesuai kebutuhan. Karenanya, semua pemain dituntut untuk nyaman bermain di semua posisi.
Penjelasan paling memuaskan malah bukan saya dapat dari orang Belanda, melainkan seorang penulis Inggris yang tergila-gila dengan sepakbola Belanda. David Winner menulis buku yang kalau diterjemahkan bebas kira-kira berjudul, "Oranye Brilian -- Jenius dan Gilanya Sepakbola Belanda".
Orang Belanda sendiri sampai terkagum-kagum dan mengatakan, ''Ah, jadi begitukah cara berpikir kami.'' Banyak pemain bola Belanda seperti tersadarkan pada sosok yang berada di dalam kaca ketika mereka bercermin.
Winner tidak membahas sepakbola semata. Menurutnya Total Football hanyalah pengejawantahan ''psyche'' paling dasar warga Belanda dalam memahami kehidupan. Benang merah Total Football juga ada dalam karya seni, arsitektur, dan bahkan tatanan sosial budaya masyarakat Belanda.
Berlebihan? Mungkin. Namun penjelasannya sungguh masuk akal.
Kita semua tahu ukuran lapangan sepakbola lebih kurang sama di mana-mana, sehingga ruang permainan selalu sebenarnya sama. Tapi orang Belanda sadar bahwa ruang juga adalah persoalan abstrak di dalam kepala. Membesar dan mengecilnya ruang tergantung pada cara mengeksploitasinya.
Total Football, demikian jelas buku itu, adalah persoalan ruang dan eksploitasinya itu, bukan yang lain. Fleksibilitas posisi pemain, pergerakan pemain, semuanya adalah konsekuensi dari upaya untuk menciptakan ruang agar bisa dieksploitir semaksimal mungkin.
Prinsip dasarnya sebenarnya sangat sederhana. Besar kecilnya lapangan sepakbola walau ukurannya sama, tetapi di benak bisa berubah tergantung siapa yang bermain di dalamnya.
Misalnya, begitu pemain Belanda menguasai bola maka mereka akan membuat lapangan seluas mungkin. Pemain bergerak ke setiap jengkal ruang yang tersedia. Di benak lawan lapangan akan tampak begitu lebar.
Atau, begitu lawan menguasai bola, ruang harus dibuat sesempit mungkin. Pemain yang terdekat dengan pemain lawan yang menguasai bola dituntut untuk menutupnya secepat mungkin, tidak peduli apakah itu pemain bertahan atau bukan. Bisa satu bisa dua, bahkan tiga. Tekanan harus dilakukan secepat mungkin bahkan ketika bola masih ada di jantung pertahanan lawan. Lawan terjepit dalam benak bahwa lapangan begitu sempit.
Memperlebar atau mempersempit ruangan di benak lawan tentu bukan barang mudah. Harus ada kemampuan untuk mencari ruangan. Pergerakan yang kompak. Cara mengumpan bola yang eksploitatif atas ruang yang tersedia, entah melengkung, lurus, melambung, dll. Pendeknya dibutuhkan pemahaman geometri ruangan yang tidak sederhana.
Persoalannya adalah, mengapa hal ini tidak terpikirkan oleh orang lain sebelumnya? Dan mengapa orang Belanda yang bisa melakukannya?
Jawabnya, menurut buku itu, didapat dari kondisi alam Belanda.
Bangsa Belanda secara intrinsik bangsa yang spatial neurotic (tergila-gila oleh ruangan ataupun pemanfaatannya). Kondisi alam memaksa mereka demikian. Lima puluh persen tanahnya berada di bawah permukaan laut. Sementara sisanya terlalu sempit untuk jumlah penduduk yang berjubel.
Terus menerus bangsa ini melakukan reklamasi untuk memperluas daratan. Dengan sadar persoalan tanah mereka atur dengan sangat disiplin dan ketat. Eksistensi bangsa ini tergantung bagaimana mereka merawat tanah yang tak seberapa mereka punya. Kanal, selokan air, bendungan kecil dan besar, teratur rapi membelah setiap jengkal tanah yang mereka punya.
Belanda hingga saat ini adalah negara paling padat dalam ukuran per meter persegi, dan pengaturan tanahnya adalah yang paling teratur di muka bumi.
Namun seberapa pun mereka mencoba, seberapa pun disiplinnya, tanah tidak akan pernah cukup tersedia.
Lalu apa yang dilakukan?
Jawabnya ada di daya khayal, di benak, di alam abstraksi. Di samping secara fisik mereka mencoba memperluas wilayah darat mereka, mereka juga menciptakan ruang yang luas dialam khayal mereka.
Kalau Anda kebetulan datang ke Eropa, bandingkanlah tata kota Belanda dengan negara lain. Kita akan segera sadar bahwa Belanda memang lebih sempit tapi tata kotanya dibuat sedemikian rupa rapi, sehingga terasa sangat longgar. Dibanding negara manapun di dunia, tata kota di Belanda adalah yang paling kompak di dunia.
Arsitektur bangunannya, baik yang tua maupun modern, terasa sangat inovatif, dengan sudut yang sering tidak normal, bentuk bangunan yang tidak umum, aneh, tetapi kesannya selalu sama—longgar dan lapang. Karena semua lekuk ketidaknormalan adalah bagian dari upaya untuk menciptakan ruang tambahan di alam khayal tadi.
Bahkan benak juga dilonggarkan untuk urusan norma sosial. Kalau etika Protestan semarak di Belanda di awal kelahirannya, sangatlah bisa dimengerti. Mereka secara instingtif akan memberontak terhadap segala sesuatu yang sifatnya mengukung. Dalam kasus kelahiran Protestan tentu saja pemberontakan atas kungkungan ajaran Katolik saat itu.
Proses itu terus berlanjut hingga sekarang. Kita tahu norma sosial Belanda adalah yang paling longgar di Eropa. Kelonggaran yang tetap diatur. Misalnya, mainlah ke Vondell Park di Amsterdam, bolehlah Anda menghisap ganja atau mariyuana dengan santai. Padahal di negara lain sembunyi-sembunyi pun Anda tidak boleh.
Jejak-jejak spatial neurotic ini bisa kita temukan dengan mudah di karya-karya seni mereka bahkan di kehidupan politik, tetapi kembali ke persoalan sepakbola, mentalitas pemain sepakbola juga sama persis. Ketika mereka turun ke lapangan, benak mereka selalu bermain-main dengan keinginan untuk menciptakan ruangan selonggar mungkin, lalu mengeksploitasinya.
Ketika Rinus Michel membawa Ajax menjadi juara Piala Champions tahun 1971, Eropa tersadarkan sebuah sistem baru yang mulai sempurna telah lahir. Sistem yang lahir dari psyche orang Belanda yang tergila-gila dengan ruang dan pemanfaatannya. Dan ketika Michel membawa Belanda ke final Piala Dunia 1974 lahirlah istilah Total Football.
Total Football sendiri sebenarnya meminjam penamaannya dari gerakan sosial yang digagas para arsitek-filosof terkemuka Belanda sekitar tahun 1970-an. Sebuah gerakan bernama Total. Memahami kehidupan perkotaan secara menyeluruh: mengatur urbanisasi, lingkungan, dan pemanfaatan energi dalam satu totalitas. Agar ruang yang tersedia di Belanda bisa termanfaatkan secara maksimal. Dan sepakbola adalah sebuah hiburan bagian dari pendekatan yang menyeluruh itu.
Sumber: http://www.detiksport.com/sepakbola/read/2009/03/02/134622/1092825/425/totalitas-total-football
Read More...
Pebola Muslim Didunia
sekedar share nih bro ternyata banyak juga pemain bola terkenal yang beragama Islam bro, ternyata bnyak juga baik yang islam dari kecil maupun yang Mualaf.. nih daftarnya bro..
1. Zinedine Yazid Zidane(bordoux,Juventus, Real Madrid)
2. Kolo Toure(Arsenal, Man city)
3. Yaya Toure (Barcelona)
4. Robin Van Persie (Arsenal)
5. Nicholas Anelka (Real Madrid, Fenerbache,Bolton, Chelasea)
6. Mohammed “Momo” Sissoko (Liverpool, Juventus)
7. Ahmed Mido Hossam (Spurs, Boro)
8. Hossam Ghaly (Totteham Hotspurs)
9. Franck “Bilal” Riberry (Bayern Muenchen)
10. Hamit Antiltop (Bayern Muenchen)
11. Halil Antiltop (Bayern Muenchen)
12. Frederik Kanoute (Sevilla)
13. Mahamaddou Diarra (Real Madrid)
14. Eric Abidal (Barcelona)
15. Nuri Sahin (Feyenoord Rotterdam)
16. Sulley Ali Muntari (Pompey & Inter Milan)
17. Zlatan Ibrahimovic (Inter)
18. Hassan “Brazzo” Salihamidzic (Juventus)
19. Khalid Boulahrouz (Sevilla)
20. Salomon Kalou (Chelsea)
21. El-Hadji Diouf (Bolton)
22. Diomanssy Kamara (Fulham)
23. Mohammed Kallon (Al-Ittihad,Inter & Monaco)
24. Emre Belozoglu (Newcastle)
25. Hakan sukur
26. Samir Nasri (Arsenal)
27. Karim Benzema (Lyon, Real Madrid)
28. Ben Arfa (Perancis)
29. Lilian Thuram (Parma, Juventus, Barcelona)
30. Khalid Boulahrouz (Sevilla)
31. Nourredine Naybet
32. Abdelillah Fahmi
33. Philippe Christanval
34. Mutiu Adepoju
35. Robin van Persie (Arsenal)
36. Ibrahim affelay (PSV)
37. Ismail assiati (PSV)
Segini aja gan, klo ada yang mau nambahin silakan comment.
Referensi:
http://isaninside.wordpress.com/2009/02/02/daftar-pemain-bola-muslim-dunia/
http://forum.detik.com/showthread.php?t=40293
Read More...
Tuesday, May 04, 2010
All About Pele
Edson Arantes do Nascimento. Pele. O Rei. Whatever the name, the memory is the same: of a world-beating superstar, a record-breaking football icon. Above and beyond his unequalled achievement in winning three FIFA World Cups™, Pele was a genius who was constantly reinventing the game of football.
With every touch of the ball, every pass, every dribble, Pele was capable of coming up with something new - something the fans had never seen before. With a killer instinct in front of goal, an eye for the perfect pass and supreme athleticism, the Brazilian was just about the perfect footballer. And if the Seleção came to incarnate the 'beautiful game' in the eyes of so many observers around the world, this can largely be credited to the breathtaking skills of their most celebrated No10.
First spotted at the age of 11 by former Brazilian international Waldemar de Brito, he joined Santos at the age of 15 and had not yet turned 16 when he scored on his first team debut in a friendly against Corinthians of Santo Andre in September 1956, rising from the bench to net his side's sixth goal in a 7-1 win. A legend was born.
Emphatic introduction to the world
The world first set eyes on Pele in Sweden in 1958. He was just 17 when he played in his first FIFA World Cup, a slight teenager who emerged from nowhere to light up the tournament with his dazzling skills. It is often said that it was player power that earned Pele a place in the starting line-up for Brazil's third match of the finals against the Soviet Union. He had been sidelined by a knee injury but on his return from the treatment room, his colleagues closed ranks and insisted upon his selection in attack alongside Vava.
The prodigy repaid his team-mates with the only goal against Wales in the quarter-finals - and in doing so established a record as the youngest scorer in FIFA World Cup history, aged 17 years and 239 days. Having found his range, he then struck a second-half hat-trick inside 23 minutes in Brazil's 5-2 defeat of France in the semi-finals.
By now, Pele was unstoppable, allying perfect technique with lightning speed, intelligence and opportunism, and he rounded off his first FIFA World Cup with two splendid goals against Sweden in the Final. For the first, he had the audacity to pull off a sombrero, lifting the ball over the last defender before smashing the ball home on the volley. His second, in the final minute, was a looping header over the keeper. Sweden player Sigge Parling later confessed that "after the fifth goal, I felt like applauding."
At the final whistle, Seleção keeper Gilmar had to console the boy wonder, who was carried off the field in tears on his team-mates' shoulders. "I felt like I was living in a dream," remembered Pele, and in many ways he was, a player set apart by his extraordinary talent. In the years that followed he only got better. He scored 127 goals in 1959, 110 in 1961, and inspired Santos to consecutive Copa Libertadores triumphs in 1962 and 1963; conquests which preceded back-to-back Intercontinental Cup successes.
Pele arrived at the 1962 FIFA World Cup in Chile ready to set the world alight again. It was the perfect stage to showcase his talents but, sadly, he aggravated a groin injury in Brazil's second outing against Czechoslovakia and did not reappear. Instead, he watched from the sidelines as his team-mates regained their world title. Pele was, by now, a marked man and the same unhappy fate awaited him in 1966 in England, where he again exited the finals on a stretcher, the victim of some fierce tackling in games against Bulgaria and Portugal. This time, though, Brazil joined him in departing the scene early, falling at the first hurdle.
The King is crowned
Pele would have to wait until Mexico 1970 before reminding the world of his exceptional talents. In the first FIFA World Cup to be broadcast around the world in colour, 'The King' shone in all his glory, ably assisted by team-mates Jairzinho, Tostao, Rivelino, Gerson and Carlos Alberto. Highlights included his attempted lob from the halfway line against Czechoslovakia, a stunning header that brought an even more stunning save from England goalkeeper Gordon Banks, and the unforgettably cheeky moment when he stepped over the ball, letting it run past Uruguay keeper Ladislao Mazurkiewicz, before shooting narrowly wide.
Fittingly, it was Pele who scored Brazil's 100th FIFA World Cup goal in the 4-1 Final win over Italy - a header after a typically athletic leap. "It was a special feeling to score with my head. My father once scored five headers in one match - that's one record I've never been able to beat." It was his 12th goal in 14 FIFA World Cup appearances and he remains one of only two footballers to have netted in four separate tournaments.
Besides scoring, he provided the sublime lay-off for Carlos Alberto to conclude a nine-pass move with the spectacular final goal against Italy. Tarcisio Burgnich, the Azzurri defender given the unenviable task of marking Pele, was later quoted as saying: "I told myself before the game, 'he's made of skin and bones just like everyone else'. But I was wrong".
Brazil earned the right to keep the Jules Rimet trophy after winning it for a third time with arguably the greatest team ever. Pele had become a living legend. The day after the final Britain's Sunday Times newspaper summed it up: "How do you spell Pele? G-O-D."
Eternal greatness
Throughout his career, Pele was a record breaker. His 1,000th goal, a penalty, came in 1969 in front of a delirious crowd at the Maracana. He scored five goals in a game on no fewer than six occasions, managed 30 four-goal hauls and netted 92 hat-tricks. In one match against Botafogo in 1964, he hit the back of the net eight times. In total, the great man struck 1,281 goals in 1,363 games.
Pele quit what he called o jogo bonito (the beautiful game) in 1974, before returning the following year to play for the New York Cosmos in order "to bring the world's game to the American public". He would hang up his boots for the last time in 1977.
J.B. Pinheiro, the Brazilian ambassador to the United Nations, was quoted as saying: "Pele played football for 22 years, and in that time he did more to promote world friendship and fraternity than any other ambassador anywhere". And who could contradict him? In warring Nigeria a ceasefire was declared when Pele played in Lagos in 1969. The President of Brazil declared him a "national treasure" to thwart any potential transfer to a European club. And in the port city of Santos, 19 November is forever 'Pele Day', to celebrate the anniversary of his 1,000th goal.
Since his playing career ended, Pele has used his ambassador's status to promote his country, the UN and UNICEF. "Every kid in the world who plays football wants to be Pele," he said, "which means I have the responsibility of showing them how to be a footballer but also how to be a man." But that is what Gods are for, isn't it?
Sumber: Fifa
Read More...
The History of Football
The contemporary history of the world's favourite game spans more than 100 years. It all began in 1863 in England, when rugby football and association football branched off on their different courses and the Football Association in England was formed - becoming the sport's first governing body.
Both codes stemmed from a common root and both have a long and intricately branched ancestral tree. A search down the centuries reveals at least half a dozen different games, varying to different degrees, and to which the historical development of football has been traced back. Whether this can be justified in some instances is disputable. Nevertheless, the fact remains that people have enjoyed kicking a ball about for thousands of years and there is absolutely no reason to consider it an aberration of the more 'natural' form of playing a ball with the hands.
On the contrary, apart from the need to employ the legs and feet in tough tussles for the ball, often without any laws for protection, it was recognised right at the outset that the art of controlling the ball with the feet was not easy and, as such, required no small measure of skill. The very earliest form of the game for which there is scientific evidence was an exercise from a military manual dating back to the second and third centuries BC in China.
This Han Dynasty forebear of football was called Tsu' Chu and it consisted of kicking a leather ball filled with feathers and hair through an opening, measuring only 30-40cm in width, into a small net fixed onto long bamboo canes. According to one variation of this exercise, the player was not permitted to aim at his target unimpeded, but had to use his feet, chest, back and shoulders while trying to withstand the attacks of his opponents. Use of the hands was not permitted.
Another form of the game, also originating from the Far East, was the Japanese Kemari, which began some 500-600 years later and is still played today. This is a sport lacking the competitive element of Tsu' Chu with no struggle for possession involved. Standing in a circle, the players had to pass the ball to each other, in a relatively small space, trying not to let it touch the ground.
The Greek 'Episkyros' - of which few concrete details survive - was much livelier, as was the Roman 'Harpastum'. The latter was played out with a smaller ball by two teams on a rectangular field marked by boundary lines and a centre line. The objective was to get the ball over the opposition's boundary lines and as players passed it between themselves, trickery was the order of the day. The game remained popular for 700-800 years, but, although the Romans took it to Britain with them, the use of feet was so small as to scarcely be of consequence.
Sumber: Fifa
Read More...
Monday, May 03, 2010
Sepak Bola
Pemainan sepak bola adalah sebuah permainan yang mengandalkan kerja sama tim untuk meraih kemenangan. Selain kemampuan individu, kerjasama dan strategi yang diterapkan dalam permainan sepak bola memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap hasil pertandingan. Setiap tim memiliki strategi masing-masing untuk memenangkan pertandingan sepak bola.
Strategi permainan biasanya ditentukan oleh pelatih masing-masing tim sebelum permainan dimulai. Pelatih akan menentukan strategi apa yang sesuai untuk dimainkan menghadapi calon lawannya, dengan menganalisa kelebihan dan kelemahan tim lawan. Strategi tersebut diantaranya adalah formasi tim, pemain yang diturunkan dalam pertandingan, taktik yang akan dipakai dalam permainan, serta siapa saja pemain yang akan bertindak sebagai kapten tim, pengambil tendangan bebas, tendangan sudut, dan tendangan pinalti.
Dalam pertandingan sepak bola kita sering mendengar kata-kata seperti diving, tackle, tendangan voli, tendangan first time, dan lain-lain. Untuk orang yang berkecimpung di dunia sepak bola, kata-kata itu tidak begitu asing. Namun bagi orang-orang awam, istilah seperti itu kadang membingungkan. Karenanya kami tampilkan beberapa istilah yang sering kita dengar dalam permainan sepak bola. * Back Pass: umpan pemain ke arah penjaga gawang sebagai upaya untuk mengamankan wilayah pertahanan.
* Clearing: menghalau bola di daerah pertahanan sejauh mungkin ke arah depan.
* Bicycle kick: tendangan akrobatik ke gawang lawan untuk menyambut umpan silang dengan cara melompat membelakangi gawang sambil menendang bola dilewatkan kepala penendang (tendangan salto).
* Tendangan Gawang: tendangan yang dilakukan dari daerah gawang sebagai akibat keluarnya bola melewati garis gawang, dimana sentuhan terakhir dilakukan oleh pemain penyerang.
* Tendangan Sudut: tendangan dari daerah sudut lapangan oleh pemain penyerang karena bola melewati garis gawang setelah menyentuh pemain bertahan.
* Intercept: memotong umpan lawan.
* Tendangan Voli: pemain penyerang menendang bola hasil umpan lambung tanpa menunggu bola menyentuh tanah.
* Tendangan First Time: pemain penyerang menendang bola dengan keras ke arah gawang pada kesempatan pertama (sentuhan pertama dengan bola).
* Diving: pemain lawan sengaja menjatuhkan diri di dalam wilayah kotak pinalti, seolah-olah dilanggar oleh pemain bertahan, dengan harapan akan mendapat hadiah tendangan pinalti.
* Tendangan Pinalti: tendangan yang dilakukan dari titik pinalti di dalam daerah pinalti, dengan jarak 11 meter dari gawang.
* Offside: pemain penyerang berada pada posisi lebih dekat ke gawang lawan dari pada pemain bertahan lawan sebelum bola diumpan oleh rekannya.
* Handsball: pemain (selain kiper) menyentuh bola dengan tangan. Penjaga gawang juga akan dinyatakan handsball jika menyentuh bola di luar daerah pinalti.
* Total Football: sistim permainan yang dikembangkan Belanda dengan melakukan serangan secara simultan ke arah gawang lawan oleh semua pemain, selain penjaga gawang. ada juga tutorial tentang strategi dan formasi, bisa didownload disini
Read More...